A.
Metodelogi
penelitian
1.
Waktu dan
Tempat
Penelitian tentang alga dilaksanakan pada hari Sabtu ,
tanggal 02 tahun 2019 di kawasan pantai cijeruk, Kecamatan Cibalong, Kabupaten
Garut, Jawa Barat. penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan Biologi
semster 7 Fakultas Sains dan Teknologi ( IPI)
Institut Teknologi Indonesia. Dilakukan dengan metode Transect line
yaitu , dengan berjalan menyusuri pantai secara horizontal kearah laut di
sepanjang jalur tansek. Garis transek dibua sepanjang 100 dengan jarak antar
garis 100 meter . garis transek secara keseluruhan berjumlah 3 garis .
selanjutnya dilakukan inventarisasi dan perhitungan jumlah tumbuhan alga di
sepanjang jalur tansek . data yang diambil meliputi jenis-jenis tumbuhan alga ,
jumlah alga yang ditemukan dan biota lain yang di temukan sepanjang jalur
tansek,
2.
Alat dan
Bahan
a.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
No
|
Nama
Alat
|
Fungsi
|
|||
1
|
Penggaris
|
Untuk mengukur
|
|||
2
|
Tali Rapia
|
Sebagai alat untuk metode pengamtan (Transek garis)
|
|||
3
|
Patok
|
Untuk menyangga tali rapia
|
|||
4
|
Pulpen
|
Untuk mencatat hasil pengamatan
|
|||
5
|
Kertas Label
|
Untuk menandai hasil pengamatan di setiap transek
pada plastic strap
|
|||
6
|
Plastik Strap
|
Untuk menyimpan biota yang ditemukan
|
|||
7
|
Buku Referensi Biota
|
Sebagai panduan pengamatan Kuliah Lapangan
|
|||
8
|
Meteran Gulung
|
Untuk mengukur
|
|||
9
|
Anemometer |
Untuk mengukur kecepatan angina dan menentukan arah
mata angin
|
|||
10
|
Termometer Tanah
|
Untuk mengukur suhu tanah
|
|||
11
|
Pshycrometer
|
Untuk mengukur kelembaban udara
|
|||
12
|
Termometer Air |
Untuk mengukur suhu Air
|
|||
13
|
Total Dissolved Solids |
Untuk mengukur prtikel padatan terlarut Air
|
|||
14
|
Pengukur pH Air
|
Alat untuk mengukur pH Air
|
b.
Bahan
yang digunakan dalam pengmatan ini adalah semua biota khususnya alga hijau
(Gracilaria sp) yang berada di wilayah periran pelagic laut pamempeuk
3.
Langkah
kerja
B.
Hasil
pengamatan
1.
Parameter
Utama
a. Kecepatan
arus
b. Kondisi
pasang surut
c. Suhu air
d. Salinitas
e. pH air
f.
Kecerahan
g. Kedalaman
Table 1. Tabel klimatik lingkungan
No
|
Parameter yang diukur
|
Lokasi 1
|
Lokasi 2
|
Lokasi 3
|
1.
|
Suhu Air
|
28º
|
30º
|
31º
|
2.
|
Suhu Lingkungan
|
32º
|
30º
|
34º
|
3.
|
pH Air
|
8
|
8
|
8
|
4.
|
pH Tanah
|
7
|
7
|
7
|
5.
|
Kelembapan Udara
|
29,3 mmHg
|
29,6 mmHg
|
29 mmHg
|
6.
|
Kecepatan Angin
|
31,1 km//jam
|
2,7 km/jam
|
29,7 km/jam
|
7.
|
Kejernihan Air
|
-
|
36 cm
|
-
|
8.
|
Kecepatan Arus
|
0,33 knot
|
0,24 knot
|
0,32 knot
|
Keterangan
·
Lokasi 1 : Pantai Cipangikis
·
Lokasi 2 : Pantai Cipangikis
·
Lokasi 3 : Pantai Cikabodas
2.
Hasil Pengamatan
Alga
Lembar
Pengamatan Alga
Nama
lokasi pengamatan : Pantai
Cijeruk Sancang
Desa/Kecamatan : Desa sagara
kec.Cibalong
Tanggal/Hari
pengamatan : 02 Februari
2019
Waktu
pengamatan : 11:10 – 14:00
Pengamat : Alga
Table 2 . table pengamatan semua jenis biota yang di temukan sepanjang
jalur tansek yang dilakukan 3x pencuplikan
No
|
Nama
jenis
Jumlah
biota
|
Lokasi
1
|
Lokasi
2
|
Lokasi
3
|
1.
|
Ulva lactuca
|
++
|
+++
|
++
|
2.
|
Euchema spinosum
|
+++
|
++
|
+
|
3.
|
Gigartina sp
|
+
|
+
|
+
|
4.
|
Glacilaria sp
|
+++
|
+++
|
++
|
5.
|
Turbinaria sp
|
+
|
++
|
+
|
6.
|
Chaetomorpha antemina
|
+
|
+
|
+
|
7.
|
Sargasum sp
|
+
|
+
|
+
|
8.
|
Halimeda sp
|
+
|
+
|
+
|
9.
|
Padina sp
|
|
|
+
|
10.
|
Cymodocea rotundata
(lamun)
|
+++
|
+++
|
+++
|
11.
|
Ophiocomina nigra
(bintang mengular)
|
3
|
9
|
54
|
12.
|
Echinus esculentus (bulu babi)
|
1
|
3
|
1
|
13.
|
Plerocera subulare (
umang)
|
+++
|
+++
|
+
|
14.
|
Porifera (spongilla )
|
2
|
2
|
6
|
15.
|
Pisces (ikan)
|
|
|
1
|
Tabel 3. pengamatan jenis alga yang di temukan sepanjang jalur tansek
yang dilakukan 3x pencuplikan
No
|
Nama
jenis
Jumlah
biota
|
Lokasi
1
|
Lokasi
2
|
Lokasi
3
|
1.
|
Ulva lactuca
|
++
|
+++
|
++
|
2.
|
Euchema spinosum
|
+++
|
++
|
+
|
3.
|
Gigartina sp
|
+
|
+
|
+
|
4.
|
Glacilaria sp
|
+++
|
+++
|
++
|
5.
|
Turbinaria sp
|
+
|
++
|
+
|
6.
|
Chaetomorpha antemina
|
+
|
+
|
+
|
7.
|
Sargasum sp
|
+
|
+
|
+
|
8.
|
Halimeda sp
|
+
|
+
|
+
|
9.
|
Padina sp
|
|
|
+
|
10.
|
Cymodocea rotundata
|
+++
|
+++
|
+++
|
Keterangan :
+ :
Sedikit
++ :
Cukup banyak
+++ :
Banyak
C.
Pembahasan
1.
Faktor Klimatik
Suhu Air dan pH Air
Perairan
di pantai Cipangkis dan cikabodas ini memiliki pH 8 pada setiap lokasi dan suhu
di tepian pantai pada lokasi 1sebesar 280C, lokasi 2 = 300
C dan lokasi 3= 310C. Menurut Patty (2013), sebaran suhu air laut di suatu perairan
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain radiasi matahari, letakgeografis
perairan, sirkulasi arus, kedalam laut, serta angin dan musim. Suhu air di
perairan dekat pantai relatif lebih tinggi daripada di lepas pantai kondisi
inidisebabkan karena pergerakan massa air tawar dari aliran sungai-sungai
yangdengan mudah masuk keperairan dekat pantai.
Suhu Lingkungan
Suhu
lingkungan yang diperoleh di wilayah perairan ini pada lokasi 1 sebesar 320 C,
Lokasi 2 300 C dan Lokasi 3 340 C . Faktor yang memengaruhi suhu lingkungan diwilayah ini
diantaranya penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut maka Suhu
lingkungan akan semakin tinggi.
Kejernihan Air
Dari
hasil pengukuran pada lokasi 1 – lokasi 3, kejernihan air dapat terlihat di
lokasi 3 hingga 36 cm. Kualitas air di pantai
berdasarkan pengamatan fisik didapat bahwa air diperairan pantai ini
tergolong keruh dan berwarna kecoklatan, ini dikarenakan wilayah ini dekat
dengan muara sungai yang terdapat aliran subtrat dari daratanmenuju ke laut.
Menurut Suryanti (2008), sifat fisik perairan seperti kecerahan,kedalaman,
kecepatan arus, dan suhu perairan berpengaruh terhadap kehidupanorganisme
sabrobitas baik secara langsung maupun tidak langsung.
pH Tanah
Setelah
dilakukan pengukuran, pH tanah di wilayah Cipangikis dan cikabodas di 3 lokasi
adalah 7, sehingga tekstur tanah di
pantai ini tergolong
dalam tanah pasir dan tanah pasir lumpur. Jenis tanah pasir
lumpur terdapat di ekosistem mangrove yang berada di dekat muarah sungai,
sedangkan untuk jenis tanah pasir terdapat di sekitar tepianpantai. Menurut
Rini (2007), wilayah pesisir merupakan suatu wilayah
peralianantara daratan dan lautan, kearah darat mencakup daerah
yang masih terkena percikan
air laut atau pasang surut, dan kearah laut meliputi paparan benua (continental self ). Ekosistem
pesisir bersifat alami ataupun buatan, yang bersif atalami adalah pantai
berpasir.
2.
Alga
Berdasarkan
pengamatan yang telah di lakukan di Pantai Cijeruk Santolo Desa Sagara Kec Cibalong.
Kelompok kami menemukan 15 biota 9 diantaranya yaitu jenis alga dari berbagai
kelas dan berbagai jenis biota lainnya antara lain dari filum Echinodermata,
Mollusca, Porifera dan dari kelas Pisces (ikan-ikan pelagic kecil) dengan
menggunakan transect line/garis sebagai metode pengamatan dengan mengambil 3 stasiun
pengamatan yang berbeda panjang per stasiun adalah 100 m dengan jarak 100 m
antar stasiun.
Stasiun 1 :
Melimpahnya Gracilaria sp dan Eucheuma spinosum dibandingkan jenis
alga lainnya
Melimpahnya Cymodocea rotundata (lamun)
Stasiun 2 :
Melimpahnya Gracilaria sp dan ulva latuca dibandingkan jenis alga
lainnya . Turbinaria sp di stasuin 2
lebih banyak dari pada satasiun 1 & 2
Melimpahnya
Cymodocea rotundata (lamun)
Stasiun 3 :
Melimpahnya Gracilaria sp dan ulva latuca dibandingkan jenis alga
lainnya tetapi pada stasiun 3 kami menemukan 1 jenis alga yaitu Padina sp
Melimpahnya
Cymodocea rotundata (lamun)
Sementara
jenis alga lainnya seperti : Gigartina sp
, Chaetomorpha antemina , Sargasum sp , Halimeda sp , Padina sp
yang kami temukan per tiap stasiun berjumlah sedikit pada stasiun 1, 2 & 3
Dari 9 jenis alga
yang di temukan sepanjang jalur transek ( transect line ) sebanyak 3x
pencuplikan ( 3 stasiun ) yang paling mendominasi dan kami amati adalah dari
divisi Rhodophyta ( ganggang merah ) yaitu Gracilaria
sp.
Rhodophyta (
ganggang merah ) berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung
atau kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan mengandung
klorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh
warna merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi. Jenis
Rhodophyta tertentu memiliki fikosianin yang memberi warna biru.
Ciri-ciri alga merah :
a.
Talus berupa
helaian atau berbentuk seperti pohon. Banyak alga merah yang tubuhnya dilapisi
kalsium karbonat.
b.
Tidak memiliki flagella
c.
Dinding sel
terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam tersusun
dari mikrofibril, sedangkan sisi luar tersusun dari lendir. Komponen kimia
mikroribril terutama adalah xilan, sedangkan komponen kimia dinding mikrofibril
luarnya adalah manan. Dinding sel alga merah mengandung polisakarida tebal dan
lengket yang bernilai komersial.
d.
Memiliki pigmen
fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di dalam kloroplas.
Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil asimilasi. Hasil
asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang disimpan dalam bentuk tepung
fluorid, fluoridosid (senyawa gliserin dan galaktosa), dan tetes minyak. Tepung
fluorid jika ditambah lodium menunjukkan warna kemerah-merahan.
e.
Salah satu contoh
alga merah : Gracilaria sp
Klasifikasi
Divisi : Rhoedophyta
Kelas : Rhoedophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Glacilariaceae
Genus : Glacilaria
spesies : Glacilaria
sp
Gambar Pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
|
Keterangan :
Panjang :
7 cm
Lebar tangkai :
0,3 cm
Bentuk :
Berbuku-buku
Bentuk holdfast :
Kenyal
Warna :
Hijau Kecoklatan
Bentuk blade dan stipe :
Kenyal
Holdfast (alat penempel/perekat)
a. Morfologi
Dari 11 jenis alga yang kami amati salah satunya
adalah Gracilaria sp . Gracilaria sp
termasuk dalam divisi Rhodophyta dan kelas Gigartinales, mempunyai pigmen
klorofila dan pigmen tambahan berupa karotenoid,zexantin, dan lutein.
Ciri
umum dari Gracilaria sp
adalah mempunyai berbentuk
thalus, holdfast terlihat dengan jelasdan berbentuk kaku sedangkan blade dan
stipe tidak dapat dibedakan, berbentuk kenyal. Thalus secara keseluruhan
berbentuk silindris berbuku-buku, percabangannya bersifat dichotomous
(bercabang dua-dua), panjang 7 cm dan lebar 0,3 cm. Gracillaria berwarna merah
kehijauan . Pertumbuhan Gracilaria sp,
umumnya lebih baik di tempat dangkal dari pada tempat dalam. Substrat tempat
melekatnya dapat berupa batu, pasir, lumpur, dan lain-lain. Habitat glacilaria
yaitu di laut .
b. Cara Hidup
Alga
merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang heterotrof, yaitu
yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat parasit pada alga lain.
c. Habitat
Rhodophyta
Rhodophyta
(ganggang merah) Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, di laut
yang dalam dari pada tempat hidup ganggang coklat.
d. Reproduksi
Bereproduksi
secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada ujung – ujung cabang
talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang berupa spermatium dan
betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya. Reproduksi aseksual
terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi gametania jantan dan
gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit. Karkosporafit akan
menghasil tentranspora.
e. Organ
Reproduksi
1. Spermatangium
Dalam
pertumbuhannya,gametofit jantan akan mengalami peroses pematangan membentuk
spermatangium,yaiutu kantong atau badan yang akan memproduksi spermatia (sel
gamet jantan). Berdasarkan letak terbentuknya spermatangia pada lapisan sel
thallus gametofit jantan,spermatangia Gracillaria dibedakan menjadi lima type,
yaitu yaitu type verrucosa, Textorii, Chorda, Symmetrica dan Henriquesiana.
Pada
type Verrucosa,spermatangium dibentuk di lapisan subkorteks. Pada lapisan
Textorii,spermatangium dibentuk di lapisan korteks, sedangkan type Chorda,
spermatangium dibentuk di lapisan superficial thallus.
2. Spermatia
Spermatia
adalah sel gamet jantan yang tidak mempunyai flagel, jumlahnya sangat banyak.
Ukuran spermatia sangat kecil,sehingga sangat sulit ntuk diukur. Spermatia akan
dikeluarkan ke perairan dan bila bertemu dengan sel telur maka akan terjadi
fertilisasi.
3. Karpogonium
Setelah
fertilisasi, gametofit betina akan membentuk cabang karpogonia. Calon cabang
karpogonia berasal dari sel – sel korteks dan sub korteks. Karpogonium
dilengkapi dengan trichogyne yang berfungsi untuk menarik spermatia. Spermatia
pada alga merah tidak memiliki flagel, sehingga pembuahan terjadi secara pasif,
yaitu bila spermatia dapat tertarik masuk ke dalam karpogonium.
4. Karpospora
Karpospora
adalah spora yang terbentuk dari hasil perkawinan antara spermatia dan sel
telur. Oleh karenanya karpospora merupakan spora diploid. Karpospora dibentuk
dalam suatu organ yang disebut sebagai sistokarp.
5. Sistokarp
Sistokarp
merupakan tonjolan pada karposporofit Gracillaria. Di dalam sistokarp tersimpan
karpospora,yaitu spora yang dihasilkan dari perkawinan antara gametofit jantan
dan gametofit betina.
6. Tetrasporangia
Pada
fase sporofit atau pase diploid Gracillaria akan membentuk suatu organ yang
disebut sebagai tetrasporangia. Tetrasporangia pada gracillaria mempunyai
bentuk yang berbeda yaitu yang berbentuk zonate, cruciate, atau tetrahedral
7. Tetraspora
Tetraspora
adalah spora haploid yang dihasilkan oleh tetrasporangium.
Selanjutnya,tetraspora akan dilepaskan ke lingkungan dan kembali tumbuh menjadi
gametofit jantan dan gametofit betina.
f.
Siklus Hidup
Siklus
hidup gracillaria dari subkelas Florideophycidae (alga merah) bersifat
trifasik (mengalami tiga fase
pertumbuhan). Ketiga fase tersebut yaitu fase gametofit, karposporofit, dan
tetrasporofit. Dan ketiga fase tersebut terjadi secara bersamaan.
a.
Fase Gametofit
Gametofit
jantan dan betina merupakan thallus hasil germinasi dari tetraspora atau bentuk
tumbuh haploid. Untuk membedakan gametofit jantan dan gametofit betina antara
lain dapat dilihat secara morfologi, yaitu dengan melihat perbedaan warna
thallus. Gametofit jantan warnanya lebih pucat serta memiliki ukuran yang lebih
panjang disbanding dengan gametofit betina.
b.
Fase Karposporofi
Karposporofit
adalah bentuk tumbuhan haplo-diploid yang gametofit betinanya adalah haploid,
sementara sistokarp yang menempel pada gametofit betina tadi mengandung spora
diploid. Fase karposporofit dimulai sejak terjadinya fertilisasi antara
karpogonium dan spermatia. Setelah karpogonium dibuahi,maka trichogyne akan
mengerut, karpogonium akan melebur dengan del dibawahnya yang berbentuk seperti
filamen. Filamen ini akan membentuk beberapa lobus, dari fase inilah
gonimoblast dibentuk. Selanjutnya karpospora dibentuk pada ujung-ujung dari
filamen gonimoblast. Sementara itu, supporting cell dan steril branch juga
melebur menjadi satu yang berfungsi sebagai sel nutrisi. Karpogonium yang telah
dibuahi mengalami serangkaian peroses dalam perkembangan selanjutnya. Terjadi
perubahan morfologis dari tumbuhan Gracillaria, yaitu terlihat bintil-bintil
dipermukaan thallus. Bintil tersebut merupakan hasil dari peroses perkembangan
karpogonium dan disebut sebagai sistokarp.
c.
Fase Tetrasporofit
Karpospora
yang telah dilepas ke lingkungan akan bergerminasi dan tumbuh menjadi bentuk
tumbuhan tetrasporofit. Selanjutnya tetrasporofit akan membentuk
tetrasporangium yang akan menghasilkan tetraspora.
Siklus
hidup Rhodophyta ( Gracilaria sp )
g. Potensi
kandungan Gracilaria sp
Komposisi
utama dari rumput laut yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah
karbohidrat, tetapi karena kandungan karbohidrat sebagian besar terdiri dari
senyawa gumi yakni polimer polisakarida yang berbentuk serat, dikenal sebagai
dietary fiber, maka hanya sebagian kecil saja dari kandungan karbohidrat yang
dapat diserap dalam sistem pencernaan manusia. Kandungan gizi rumput laut
terpenting justru pada trace element, khususnya yodium yang berkisar 0,1-0,15%
dari berat keringnya.
Gracilaria
sp. merupakan jenis rumput laut yang paling banyak digunakan dalam produksi
agar-agar. Hal ini karena Gracilaria sp. mudah diperoleh, murah harganya dan
juga lebih mudah dalam pengolahan. Gracilaria sp. Memiliki kandungan agarosa
dan agaropektin yang cukup baik sehingga dapat menghasilkan agar-agar dengan
kekuatan gel yang kuat dan kokoh dibandingkan dengan hasil ekstraksi Gelidium sp
Selain Rhoedophyta atau ganggang merah , kelompok kami
juga menemukan beberapa jenis alga-alga yang lainnya dari divisi Chlorophyta,
Phaeophyta , tetapi jumlahnya kurang banyak tidak seperti dari Divisi
Rhoedophyta ( ganggang merah) berjenis Gracilaria sp :
1.
Alga hijau yaitu Ulva latuca
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Chlorophyta
Kelas :
Ulvophyceae
Ordo :
Ulvales
Family :
Ulvaceae
Genus :
Ulva
Spesies : Ulva latuca
Deskripsi
Ulva latuca disebut juga selada laut merupakan salah
satu jenis rumput laut dalam divisi Chlorophyta atau ganging hijau . Ulva
latuca termasuk Chlorophyta karena dalam sel-selnya mengandung banyak
klorofil-a , klorofil ini lah yang kemudian memberikan warna hijau pada rumput
laut ini . ulva latuca memiloiki panjang thalus hingga 100 cm . habitat bisanya
di daerah dangakal (zona intertidal bagian atas hingga kedalaman 10 meter) pada
substrat yang tepat
Jumlah ulva pada tiap stasiun berbeda pada stasiun 3
lebih banyak dari pada staiun 1 & 2
2. Eucheuma
spinosum
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Rhodophyta
Kelas :
Rhodopyceae
Ordo :
Gigartinales
Family :
Solieriaceae
Genus :
Eucheuma
Spesies :
Eucheuma spinosum
Umumnya ciri-ciri Eucheuma spinosum yaitu thalus
silindris, prcabangan tahuls berujung runcing atau tumpul , dan di tumbuhi
tonjolan-tojolan, berupa duri lunak yang tersusun berpotar teratur mengelilingi
cabang . tingginya dapat mencapai 30 cm . hidup melekat pada substrat dengan
alat perekat berupa cakram
Eucheuma spinosum banyak di temukan pada stasiun 2
3. Chaetomorpha
antemina
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Chlorophyta
Kelas :
Ulvophyceae
Ordo :
Cladophorales
Family :
Cladophoraceae
Genus : Chaetomorpha
Spesies :
Chaetomorpha antemina
Deskripsi
Merupakan alga dari divisi Chlophyta di kenal juga
alga rambut hijau . setiap sel tumbuh ujung ke ujung , membuat panjang, untaian
kaku. Jenis ini tumbuh merumpun berserabut, menyerupai bola pancing.
Chaetomorpha antemina yang kami temukan sedikit pada
staiun 1, 2 & 3
4. Halimeda sp
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Chlorophyta
Kelas :
Bryyopsidophyceae
Ordo :
Bryopsidales
Family :
Halimedaceae
Genus :
Halimeda
Spesies :
Halimeda sp
Deskripsi
Merupakan jenis alga hiju dengan tinggi thallus 8 cm ,
yang sangat kaku dan berbentuk seperti ginjal yang bercabang, berlekuk 3 atau
tumpang tindih dan tidak teratur . halimeda sp banyak di jumpai pada daerah
terumbu karang yang kondisi pantainya tenang dan agak terlindung, hidup
berkoloni.
Halimeda sp yang kami temukan sedikit pada stasiun 1, 2 dan 3
5. Gigartina sp
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Rhodophyta
Kelas :
Rhodopyceae
Ordo :
Gigartinales
Family :
Gigartinaceae
Genus :
Gigartina
Spesies :
Gigartina sp
Deskripsi
Spesies ini memiliki substansi thalli lunak seperti
gel tipis dengan warna ungu. Thalinya berbentuk lebaran (disebut lamina atau
blade) dengan percabangan yang rimbun, simple (biasa) atau dicotomus. Di
permukan thalli terdapat Cystocarp yang jelas kelihatan berupa bintilan dan
spermatongia-nya menumpul pada ujung percabangan thalli. Spesies ini biasanya
tumbuh menempel pada batu terumbu karang, terutama tempat-tempat yang masih
tergenang air pada saat air surut.
Gigartina sp yang kami temukan pada 3 stasiun berjumlah sedikit
6. Sargasum sp
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Phaeophyta
Kelas :
Phaeopyceae
Ordo :
Fucales
Family :
Sargassaceae
Genus :
Sargasum
Spesies :
Sargasum sp
Deskripsi
Sargasum sp merupakan salah satu contoh alga coklat (
Phaeophyta) tubuh di dominasi oleh warna coklat dengan bentuk thalus silindris.
Tubuh utama bersifat diploid atau merupakan saprofit , yang mana thalusnya
mempunyai cabang yang menyerupai tumbuhan angiospermae. Memiliki bentuk agak
gepeng, licin dan batang utama agak kasar . Sargasum sp memiliki air badder
yang berfungsi untuk mengapung jika terendam air pada saat di daerah intertidal
Sargasum sp yang kami temukan sedikit pada stasiun 1,
2 dan 3
7. Turbinaria sp
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Phaeophyta
Kelas :
Phaeopyceae
Ordo :
Fucales
Family :
Fucaceae
Genus :
Turbinaria
Spesies :
Turbinaria sp
Deskripsi
Turbinaria sp termasuk ordo fucales karena thalus berbentuk pita,
kaku bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada substrat, alat perekatnya
berbentuk cakram . konseptakel yang berfungsi untuk memecah arus air laut yang
melewatinya . habitat di laut biasanya menempel pada substrat.
Turbinaria sp yang kami temukan cukup banhyak di temukan pada
stasiun (2) sementara itu pada stasiun (1) & (2) cukup sedikit
8. Padina sp
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Phaeophyta
Kelas :
Phaeopyceae
Ordo :
Dictyotales
Family :
Dictyoceae
Genus :
Padina
Spesies :
Padina sp
Deskripsi
Bentuk thali seperti kipas, segmen lembaran tipis,
subtansinya gelatinous, warna coklat kekuningan, bagian atas lobus agak melebar
, holdfast berbentuk cakram kecil berserabut.
Selain spesies alga (biota
tumbuhan) yang ditemukan kelompok kami juga menemukan biota lain yaitu dari
filum Ecihinodermata terbagi
menjadi 2 kelas di temukan sepanjang
jalur tansek yaitu bintang mengular dan bulu babi , Molusca, porifera , pisces
(ikan-ikan pelagic kecil) 1 jenis lamun
Padina
sp yang kami temukan cukup sedikit hanya pada transek ke
(3)
9.
Cymodocea rotundata (lamun)
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Antophyta
Kelas :
Angiospermae
Ordo :
Helobiae
Family :
Potamogetonaceae
Genus :
Cymodocea
Spesies :
Cymodocea rotundata
Deskripsi
Tepi daun halus atau licin,
tidak bergerigi, akar pada tiap nodus terdiri 2-3 helai, akar tidak bercabang
tidak punya rambut akar, tulang daun sejajar. Terdapat di daerah intertidal,
umumnya di jumpai di derah intertidal.
Lamun
banyak di temukan pada tiap stasiun
10. Bintang mengular
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Ophiuroidea
Ordo :
Ophiurida
Famili :
Ophiocomidae
Genus :
Ophiocomina
Spesies :
Ophiucomina nigra
Deskripsi
Memiliki lima lengan panjang, dengan duri-duri pada
lengannya
Bintang mengular yang ditemukan dari ke 3 lokasi cukup
banyak dan bervariasi diantaranya dari stasiun (1) sebanyak 3 , stasiun (2)
sebanyak 9 dan stasiun (3) sebanyak 54 bintang mengular
11. Bulu babi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Kelas :
Echinodea
Ordo :
Camarodonta
Famili :
Echinidae
Genus :
Echinus
Spesies :
Echinus esculantus
Deskripsi
Memiliki tubuh yang bulat, pada bagian tubuhnya
terdapat duri-duri yang berukuran panjang berwarna hitam
Bulu babi pada 3 stasiun yang di temukan sedikit
diantaranya dari stasiun (1) sebanyak 1 , stasiun (2) sebanyak 3 dan stasiun
(3) sebanyak 1.
12. Umang
Kingdom :
Animalia
Filum :
Molusca
Kelas :
Gastropoda
Ordo :
Sorbeoconcha
Famili :
Pleuroceridae
Genus :
Pleucera
Spesies :
Pleucera subularea
Deskripsi
Mempunyai cangkok atau rumah yang berbentuk kerucut
(terpilin). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok
Umang yang di temukan pada stasiun 1 & 2 cukup
banyak dan melimpah .
13. Porifera
Kingdom :
Animalia
Filum :
Porifera
Kelas :
Demospongiae
Ordo :
Dictioceridaceae
Famili :
Dicticeractidaceae
Genus :
Spongilla
Spesies :
Spongilla sp
Deskripsi
Berbentuk seperti vas bunga, bercabang dengan diameter
1 mm-2 mm, berwarna kelabu
Porifera yang di temukan jumlahnya bervariasi
diantaranya : stasiun (1) sebanyak 2 . stasiun (2) sebanyak 2 dan stasiun (3)
sebanyak 6 Porifera kelas Demospongiae
14. Ikan ikan pelagik kecil dari kelas pisces
Ikan pelagic kecil yang kami temukan hanya pada
stasiun (3) sebanyak 1 ikan pelagic kecil
D.
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan, pada 3 stasiun di Pantai
Cijeruk sancang dapat disimpulkan bahwa :
1.
Faktor klimatik yang sudah diukur di daerah
pantai cijeruk sancang cukup stabil untuk pertumbuhan biota-biota yang hidup di
daerah tersebut, sehingga biota-biota tersebut dapat melangsungkan hidupnya
dengan baik.
2.
Kelimpahan biota yang
di temukan di Pantai cijeruk bervariasi berjumlah 15 biota 9 diantaranya alga
dari Divisi Chlorophyta, Phaeophyta & Rhoedophyta . yang paling mendominasi
& diamati adalah dari divisi Rhoedophyta berjenis Gracilaria sp .
Kelimpahan Gracilaria sp cukup melimpah dibandingkan
dengan biota lainnya.
0 komentar:
Post a Comment