Peranan Ilmu Genetika pada
Manusia
A.
Sejarah Perkembangan
Sejarah
perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad ke
19 ketika seorang biarawan austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil
melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil
percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum satifum).
Sebenarnya,
Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan percobaan- percobaan persilangan.
Akan tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu
dengan keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan
sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya
mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan utama bagi
perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan Mendelpun di
akui sebagai bapak genetika.
Karya
Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866
di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun,
selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang
memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah,
yaitu Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman dan Eric von
Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel
pada penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang
pertengahan abad ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar
prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal
ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan genetika klasik.
Selanjutnya,
pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang ilmu
pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada
tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi
genetika adalah asam dioksiribonekleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur
molekul DNA pada tahun1953 oleh J.D.Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era
genetika yang baru, yaitu genetika molekuler.
Perkembangan
penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu pengetahuan
pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat (doubling time) dalam satu
dasa warsa, maka hal itu pada genetika molekuler hanyalah dua tahun. Bahkan,
perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun 1970-an,
yaitu pada saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA
rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer disebut rekayasa genetika.
Saat
ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme- organisme seperti domba, babi
dan kera, didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang disebut kloning .
sementara itu, pada manusia telah di lakukan pemetaan seluruh genom atau
dikenal sebagai proyek genom manusia (human genom project), yang
diluncurkan pada tahun 1990 dan diharapkan selesai pada tahun 2005. ternyata
pelaksaan proyek ini berjalan justru lebih cepat dua tahun dari pada jadwal
yang telah ditentukan.
B.
Pengertian Ilmu
Genetika
Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos
(bahasa latin), yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu
tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada
kaitannya dengan hal itu juga. Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara
berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan
persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini
dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak
cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Makhluk hidup selalu mengalami perubahan, berangsur atau mendadak.
Seluruh makluk bumi mengalami evolusi termasuk manusia. Evolusi itu terjadi
karena perubahan bahan sifat keturunan, dan dilaksanakan oleh seleksi alam.
Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat
setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan dan keturunan kita sendiri.
Sebagai manusia , kita tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain
sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka, karena itu selain kita
harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan
hewan. Lagi pula prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi
seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan
genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung
dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar.
Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu
pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh
ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu
pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi,
biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu
pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan
kebutuhan masyarakat.
C.
Peranan Genetika bagi Manusia
Sebagai ilmu pengetahuan dasar, genetika dengan konsep-konsep di
dalamnya dapat berinteraksi dengan berbagai bidang lain untuk memberikan
kontribusi terapannya.
a. Pertanian
Rekayasa genetik juga telah digunakan untuk
menyisipkan gen ke dalam sel dari organisme-organisme lain. Para ilmuwan telah
menyisipkan gen-gen dari bakteri ke dalam sel tomat, gandum, padi, dan tanaman
pangan lainnya. Beberapa memungkinkan tanaman bertahan hidup dalam temperatur
dingin atau kondisi tanah yang gersang, dan kebal terhadap hama
serangga. Pertanian diharapkan akan menikmati keuntungan paling banyak
dari teknik rekayasa genetik, seperti:
a)
Menggantikan pemakaian
pupuk nitrogen yang banyak dipergunakan tetapi mahal harganya, oleh fiksasi
nitrogen secara alamiah.
b)
Teknik rekayasa
genetik mengusahakan tanam-tanaman (khususnya yang mempunyai arti ekonomi) yang
tidak begitu peka terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan
cacing.
c)
Mengusahakan
tanam-tanaman yang mampu menghasilkan pestisida sendiri.
d)
Mengusahakan
tanaman padi-padian yang mampu membuat pupuk nitrogen sendiri.
e)
Tanam-tanaman yang
mampu menangkap cahaya dengan lebih efektif untuk meningkatkan efisiensi
fotosintesis.
f)
Tanam-tanaman yang
lebih tahan terhadap pengaruh kadar garam, hawa kering, dan embun beku.
g)
Mengusahakan
menadapatkan tanaman baru yang lebih menguntungkan lewat pencangkokan gen.
Tanaman kentang, tomat, dan tembakau tergolong dalam keluarga yang sama, yaitu
Solanaceae. Akan tetapi serbuk sari dari satu spesies dalam keluarga ini tidak
dapat membuahi sel telur dari spesies lain dalam keluarga itu juga.
Contoh tanaman yang telah menggunakan Teknologi Rekayasa yaitu:
·
Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan
produk Genetikally Modified Organism terbesar yaitu sekitar
33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa
genetik, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap
herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah
dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan
kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi
·
Kentang Transgenik
Mulai pada tanggal
15 Mei 1995, pemerintah Amerika menyetujui untuk mengomersialkan kentang hasil
rekayasa genetika yang disebut Monsanto sebagai perusahaan penunjang dengan
sebutan kentang “New Leaf”. Jenis kentang hybrid tersebut mengandung materi
genetik yang memnungkinkan kentang mampu melindungi dirinya terhadap
serangan Colorado potato beetle. Dengan demikian tanaman tersebut
dapat menghindarkan diri dari penggunaan pestisida kimia yang digunakan pada
kentang tersebut. Selain resisten terhadap serangan hama, kentang transgenik
ini juga memiliki komposisi zat gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan
kentang pada umumnya. Hama beetle Colorado merupakan suatu
jenis serangga yang paling destruktif untuk komoditi kentang di Amerika dan
mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila tidak
ditanggulangi dengan baik.
Daya perlindungan
kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis sehingga
kentang transgenik ini disebut juga dengan kentang Bt. Sehingga diharapkan
melalui kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang
berkesinambungan, sehat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat.
b.
Kesehatan
Dalam dunia
kedokteran, misalnya, produksi horman insulin tidak lagi disintesis dari hewan
mamalia, tetapi dapat diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan cara kloning. ADN mamalia yang mengkode sintesis hormon insulin. Klon ADN kemudian dimasukkan
ke dalam sel bakteri sehingga sel-sel bakteri tersebut akan
menghasilkan hormon insulin.
a)
Pembuatan Insulin Manusia oleh Bakteri
Dalam bulan Desember 1980, seorang wanita Amerika (37 tahun) berasal
dari Kansas, Amerika Serikat, merupakan manusia pertama yang dapat menikmati
manfaat rekayasa genetika. Dia
merupakan pasien diabetes pertama yang disuntik dengan insulin manusia
yang dibuat oleh bakteri. Insulin
adalah suatu macam protein yang tugasnya mengawasi metabolisme gula di dalam
tubuh manusia. Gen insulin adalah suatu daerah dalam ADN kita yang memiliki
informasi untuk menghasilkan insulin. Penderita diabetes tidak mampu membentuk
insulin dalam jumlah yang dibutuhkan. Dahulu insulin didapatkan dari kelenjar
pancreas sapi dan babi. Untuk membuat hanya 1 pound (0,45 kg) insulin hewani
itu, yang dibutuhkan oleh 750 pasien diabetes selama satu tahun, diperlukan
8.000 pound (3.600 kg) kelenjar yang berasal dari 23.000 ekor hewan.
Dengan teknik rekayasa genetika, para peneliti berhasil memaksa bakteri untuk membentuk insulin yang
mirip sekali dengan insulin manusia. Melalui penelitian dapat dibuktikan pula
bahwa salinan insulin manusia ini bahkan lebih baik daripada insulin hewani dan
dapat diterima lebih baik oleh tubuh manusia.
b)
Pembuatan
Vaksin Terhadap Virus AIDS
Pada tahun 1979 di
Amerika Serikat dikenal suatu penyakit baru yang menyebabkan seseorang
kehilangan kekebalan tubuh. Penyakit ini dinamakan AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) atau Sindrom defisiensi imunitas dapatan. Penderita
mengidap kerapuhan daya kekebalan untuk melawan infeksi. Dalam tahun 1983
diketahui bahwa AIDS ditularkan oleh prosedur transfusi darah, selain
oleh pemakaian jarum obat bius dan hubungan seks pada orang homoseks. Penderita AIDS
mengalami kerusakan pada sel-T, sel darah putih kelompok limfosit yang vital
bagi tubuh guna memerangi infeksi.
c)
Terapi Gen
Para peneliti juga menggunakan rekayasa genetika untuk mengobati
kelainan genetik. Proses ini, yang disebut terapi gen, meliputi penyisipan duplikat
beberapa gen secara langsung ke dalam sel seseorang yang mengalami kelainan
genetis. Sebagai contoh, orang-orang yang mengalami sistik fibrosis tidak
memproduksi protein yang dibutuhkan untuk fungsi paru-paru yang tepat. Kedua
gen yang mengkode protein untuk cacat bagi orang-orang ini mengalami kerusakan.
Para ilmuwan dapat menyisipkan duplikat gen ke dalam virus yang tidak
membahayakan. Virus “yang direkayasa” ini dapat disemprotkan ke paru-paru
pasien yang menderita sistik fibrosis. Para peneliti berharap bahwa duplikat
gen dalam virus tersebut akan berfungsi bagi pasien untuk memproduksi protein.
Terapi gen masih merupakan metode eksperimen untuk mengobati kelainan genetik. Para peneliti
bekerja keras untuk mengembangkan teknik yang menjanjikan ini.
c. Bidang Industri farmasi
Dalam dunia farmasi, gen yang mengontrol
sintesis obat-obatan jika diprosukdi secara alami akan membutuhkan ongkos
produksi yang tinggi. Jika diklon dan dimasukkan ke dalam sel-sel bakteri, bakteri akan memproduksi obat-obatan
tersebut. Rekayasa genetik begitu
cepat mendapat perhatian di bidang farmasi dalam usaha pembuatan protein yang
sangat diperlukan untuk kesehatan.
·
Pencangkokan
gen biasanya hanya menyangkut sebuah gen tunggal. Secara teknik, ini tentunya
lebihmudah dijalankan daripada menghadapi sejumlah gen-gen.
·
Mungkin
kloning gen ini relatif lebih murah,
aman, dan dapat dipercaya dalam memperoleh sumber protein yang mempunyai arti
penting dalam bidang farmasi.
Banyak hasil-hasil farmasi yang didapatkan
melalui pencangkokan gen itu berupa senyawa-senyawa yang dengan dosis kecil
saja sudah dapat memperlihatkan pengaruh yang banyak, seperti misalnya
didapatkannya berbagai macam hormone, faktor tumbuh
dan protein pengatur, yang mempengaruhi proses fisiologis, sepeerti tekanan
darah, penyembuhan luka dan ketenangan hati.
d.
Bidang Industri
Penelitian rekayasa
genetika di bidang industri sedang meningkat cepat. Berbagai usaha yang sedang giat dilakukan
misalnya:
·
Menciptakan bakteri
yang dapat melarutkan logam-logam langsung dari dalam bumi.
·
Menciptakan bakteri
yang dapat menghasilkan bahan kimia, yang sebelumnya berasal dari minyak atau
dibuat secara sintetis, misalnya saja dapat menghasilkan bahan pemanis yang digunakan
pada pembuatan berbagai macam minuman.
·
Menciptakan bakteri
yang dapat menghasilkan bahan mentah kimia seperti etilen yang diperlukan untuk
pembuatan plastik.
·
Chakrabarty,
seorang peneliti yang bekerja untuk perusahaan “General Electrik” mencoba untuk
menciptakan suatu mikroorganisme yang mampu menggunakan minyak tanah sebagi
sumber makanan dengan maksud agar supaya mikroorganisme demikian itu akan
sangat berharga dalam dunia perdagangan, karena dapat membersihkan tumpahan
minyak tanah.
e.
The Human Genome
Project
Sebuah usaha
kolaboratif berskala besar untuk mengkodekan semua pasangan basa nukleotida
yang berjumlah 3 miliar dalam genom manusia diluncurkan pada tahun 1980-an.
Usaha Internasional Human Genome Project didanai oleh
pemerintah dan juga sumber-sumber industri. Proyek tersebut diharapkan selesai tahun 2003, pada tahun ke-50
penemuan struktur ADN, dan memakan biaya miliaran dolar. Akan tetapi,
kemajuan-kemajuan di bidang teknologi memungkinkan proyek itu diselesaikan
beberapa tahun lebih awal sebelum jadwalnya. Dalam sebuah pengumuman bersejarah
pada 26 Juni 2000 di Gedung Putih AS, para pemimpin dari industry (J. Craig
Venter dari Celera Genomics) dan pemerintah AS (Francis Collins dari National
Human Genome Research Institute) mengumumkan bahwa draf pertama genom manusia
telah diselesaikan.
Penyelesaian draft
pertama itu memakan waktu 10 tahun. Para partisipan yang didanai oleh
pemerintah memilih kromosom-kromosom individual untuk di-sequencing, sementara
laboratorium-laboratorium yang didanai pihak swasta melakukan sequencing atas
keseluruhan genom dalam pendekatan “shotgun": skala besar.
Pendekatan tersebut
menggunakan komputer untuk merakit data yang diperoleh menjadi peta keseluruhan
genom. Secara keseluruhan, lebih dari 20 miliar basa informasi sekuens telah
dikumpulkan. Miliaran basa-basa ini saling tumpang tindih (overlap) sebagai
bahan untuk membentuk peta sekuens genom manusia. Ada begitu banyak computer
sehingga sistem-sistem piranti keras computer baru telah dikembangkan untuk menampungnya
dan ruang penyimpanannya diukur dalam terabita (1015), yang 1.000 kali lebih
besar daripada gigabita (1012).
Dalam 3 miliar
pasangan basa yang menyusun genom manusia, diperkirakan terdapat 25.000 hingga
45.000 gen. Ukuran gen manusia bisa berkisar dari ribuan hingga ratusan ribu
pasangan basa (mencakup ekson dan intron). Sebagai contoh, analisis data
sekuens dari kromosom 22 menunjukkan kalau tampaknya kromosom tersebut
mengandung lebih dari 800 gen. gen yang paling besar melampaui 500.000 pasangan
basa panjangnya.
Dari gen-gen yang
sudah diidentifikasi, hanya separuhnya ( 400) memiliki fungsi yang
dihipotesiskan, hal ini ditemukan melalui pembandingan database sekuens.
Sejumlah gen yang telah diidentifikasi bertanggung jawab atas setidaknya 27
kelainan manusia, termasuk kanker otak dan skizofrenia. Telah diidentifikasi
keluarga gen, kelompok gen-gen yang mirip, yang tampaknya berasal dari
duplikasi tandem gen-gen dan divergensi yang terjadi sesudahnya akibat mutasi.
Dan itu baru satu dari 23 kromosom manusia yang dianalisis.
Keunggulan Tanaman
Rekayasa Genetika (Genetikally Modified Organism) WHO telah
meramalkan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada tahun 2020 sehingga
diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar. Karena kondisi
tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga kesinambungan
manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang menjadi kendala, jumlah
sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan karena jumlah yang
sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalah tersebut, teknologi rDNA
atau Genetikally Modified Organism (GMO) akan memiliki peranan
yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi dalam peningkatan
produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai berikut :
·
Mereduksi
kehilangan dan kerusakan pasca panen
·
Mengurangi resiko
gagal panen
·
Meningkatkan
rendemen dan produktivitas
·
Menghemat
pemanfaatan lahan pertanian
·
Mereduksi kebutuhan
jumlah pestisida dan pupuk kimia
·
Meningkatkan nilai
gizi
·
Tahan terhadap
penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan oleh virus.
Berbagai keunggulan
lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik rekayasa genetika adalah sebagai
berikut :
·
Menghasilkan jenis
tanaman baru yang tahan terhadap kondisi pertumbuhan yang keras seperti lahan
kering, lahan yang berkadar garam tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila
berhasil dilakukan modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak
linoleat yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu dingin
dan beku.
·
Toleran terhadap
herbisida yang ramah lingkungan yang dapat mengganggu gulma, tetapi tidak
mengganggu tanaman itu sendiri. Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat
mempertahankan kondisi bebas gulmanya hanya dengan separuh dari jumlah
herbisida yang digunakan secara normal
·
Meningkatkan
sifat-sifat fungsional yang dikehendaki, seperti mereduksi sifat atau daya
alergi (toksisitas), menghambat pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi
serta daya simpan yang lebih panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami
teknologi rDNA, kadar patinya menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap
sedikit minyak bila goreng (deep fried). Dengan demikian akan
menghasilkan kentang goreng dengan kadar lemak yang lebih rendah.
·
Sifat-sifat yang
lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau lemak dan meningkatnya kadar
fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan gizi saat ini telah melanda banyak
negara di dunia terutama negara miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi
yang nyata adalah kekurangan vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk
menanggulanginya, dapat dilakukan dengan menyisipkan den khusus yang mampu
meningkatkan senyata-senyawa tersebut dalam tanaman. Contohnya telah
dikembangkan beras yang memiliki kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu
menolong orang yang mengalami defisiensi senyawa tersebut dan mencegah
kekurangan gizi pada masyarakat.
Penggunaan rekayasa
genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari pro-kontra mengenai
penggunaan teknologi tersebut.
·
Tanaman transgenik
memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding degan tanaman konvensional,
memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca sehingga
penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan
menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta
memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
·
Teknik rekayasa
genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman
dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun
lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki
kualitas lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena
sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat.
·
Mengurangi dampak kerusakan
dan pencemaran lingkungan, misalnya tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia
dan pestisida sehingga tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan
lingkungan
f.
Hukum
Sengketa
dipengadilan untuk menentukan ayah kandung bagi seorang anak secara klasik
sering diatasi melalui pengujian golongan darah. Pada kasus-kasus tertentu cara
ini dapat menyelesaikan masalah dengan cukup memuaskan, tetapi tidak jarang
hasil yang diperoleh kurang meyakinkan. Belakangan ini dikenal cara yang jauh
lebih canggih, yaitu uji DNA. Dengan membandingkan pola restriksi pada molekul
DNA anak,ibu, dan orang yang dicurigai sebagai ayah kandung anak, maka dapat
diketahui benar tidaknya kecurigaan tersebut.
Dalam
kasus-kasus kejahatan seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan bahkan teror
pengeboman, teknik rekayasa genetika dapat diterapkan untuk memastikan benar
tidaknya tersangka sebagai pelaku. Jika tersangka masih hidup pengujian
dilakukan dengan membandingkan DNA tersangka dengan DNA objek yang tertinggal
di tempat kejadian, misalnya rambut atau sperma. Cara ini dikenal sebagai
sebagia sidik jari DNA (DNA finger printing).
Akan
tetapi, jika tersangka mati dan tubuhnya hancur, maka DNA dari bagian-bagian
tubuh tersangka dicocokkan pola restruksinya dengan DNA kedua orang tuanya atau
saudara-saudaranya yang masih hidup.
g.
Kemasyarakatan dan
kemanusiaan
Di negara-negara maju, terutama di kota-kata besarnya, dewasa ini
dapat dijumpai klinik konsultasi genetik yang antara lain berperan dalm
memberikan pelayanan konsultasi perkawinan. Berdasarkan atas data sifat-sifat
genetik, khususnya penyakit genetik, pada kedua belah pihak yang akan menikah,
dapat dijelaskan berbagai kemungkinan penyakit genetik yang akan diderita oleh
anak mereka, dan juga besar kecilnya kemungkinan tersebut.
Contoh kontribusi pengetahuan genetika di bidang kemanusiaan antara
lain dapat di lihat pada gerakan yang dinamakan eugenika,
yaitu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki kualitas genetika manusia. Jadi,
dengan gerakan ini sifat-sifat possitif manusia akan di kembangkan, sedangkan
sifat-sifat negatifnya ditekan. Di berbagai negara, terutama di negara-negara
berkembang, Gerakan eugenika masih sering dianggap tabu. Selain itu, ada
tantangan yang cukup besar bagi keberhasilan gerakan ini karena pada
kenyataannya orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dengan status sosial
ekonomi yang tinggi pula biasanya hanya mempunyai anak sedikit. Sebaliknya,
orang dengan tingkat kecerdasan dan status sosial-ekonomi rendah umumnya justru
akan beranak banyak.
Golongan Darah
A.
Sejarah Golongan darah
Pembagian
golongan darah tidak lepas dari jasa besar seorang ilmuwan berkebangsaan
Austria, bernama Karl Landsteiner.
Ia lahir di Wina, Austria 14 Juni 1868, anak seorang doktor hukum dan jurnalis
terkenal yang meninggal sejak Karl berusia 6 tahun. Landsteiner menikah dengan
Helen Wlasto pada 1916. Penemuannya mengenai klasifikasi golongan darah A,B dan
O menghantarkannya meraih nobel dibidang kedokteran tahun 1930. Kemudian,
Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli Kolega Landsteiner menemukan golongan
darah AB.
Sejak
kecil, Karl menyukai ilmu kedokteran dan biologi. Ia memilih Universitas
kedokteran di Wina dan lulus tahun 1891. Kemudian, memperdalam ilmu kimia
selama lima tahun di Laboratorium Hantzch di Zurich. Pada tahun, 1896, Karl
kembali ke Wina dan bekerja di Rumah Sakit Gruber di Institut Higiene Wina.
Karl yang keturunan Yahudi ini kemudian menekuni penyelidikan tentang kekebalan
tubuh manusia dan penyakit. Sayangnya, Karl harus pindah tugas menjadi dokter
pembantu di Departemen Anatomi dan Patologi di Universitas Wina. Anehnya, Karl
tidak menyukai hal itu. Ia lebih menyukai bidang lama yang ia tekuni.
Golongan
darah adalah ciri khusus darah atas suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan
kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen)
yang terkandung di dalam sel darah merah.
Karl
Landsteiner menemukan 3 dari 4 golongan darah (yang kemudian disebut sistem
ABO) dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan
sederhana itu dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari
para donor.
Hasil
percobaan itu menghasilkan dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B,
dikenal dengan golongan darah A dan B), dan satu macam tanpa reaksi (tidak
memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya, ada dua
macam antigen A dan B di dalam sel darah merah yang disebut golongan A dan B,
atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian,
Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli kolega Landsteiner menemukan golongan
darah AB. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara
bersamaan pada sel darah merah, sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.
Pada 24 Juni 1943, Karl meninggal karena serangan
jantung saat ia bekerja di laboratoriumnya. Perjuangannya di bidang ilmu
pengetahuan tidak sia-sia, karena sampai saat ini hasil temuannya masih
digunakan oleh masyarakat seluruh dunia.
B.
Golongan Darah
Didalam
darah terdapat plasma darah dan sel-sel darah (Eritrosit, Leukosit dan
trombosit). Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu
individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada
permukaan membran sel darah
merah.
Golongan
darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya. Untung golongan darah dapat diketahui dengan system
ABO, MN dan Rhesus.
a. Sistem ABO
Dr ladsteiner dan donath membedakan golongan darah manusia menjadi 4 :
·
Golongan darah A
Golongan darah A adalah sel darah merahnya mengandung aglutinogen A, sedang dalam
plasmanya terdapat aglutinin B atau zat anti B. golongan darah
tersebut dapat diketahui dari aglutinasi atau tidak teraglutinasinya sel darah
ketika ditetesi oleh antisera. Pada golongan darah A
Darah
yang ditetesi Antisera A :
Aglutinasi
Darah yang ditetesi Antisera B : Tidak Aglutinasi
Darah yang ditetesi Antisera AB : Aglutinasi
Alel yang
ada pada golongan darah A adalah :
IA
IA
IA
IO
Darah yang ditetesi oleh antisera A,
antisera B dan Rhesus mengalami aglutinasi atau penggumpalan . sedangkan darah
yang ditetesi oleh antisera B tidak golongan darahnya A.
·
Golongan darah B
Golongan darah B adalah sel darah merahnya mengandung aglutinigen B, sedang dalam
plasmanya terdapat aglutinin a atau zat anti A.
Golongan darah tersebut dapat diketahui dari aglutinasi atau tidak
teraglutinasinya sel darah ketika ditetesi oleh antisera.
Darah
yang ditetesi Ditetesi Antisera A :
Tidak Aglutinasi
Darah
yang ditetesi Antisera B :
Aglutinasi
Darah
yang ditetesi Antisera AB :
Aglutinasi
Alel yang
ada pada golongan darah B adalah :
IB
IB
IB
IO
Darah yang ditetesi oleh antisera A
tidak mengalami aglutinasi atau tidak menggumpal, sedangkan darah yang ditetesi
oleh antisera B, antisera AB aglutnasi. Sehingga kedua orang ini memiliki
golongan darah B.
·
Golongan darah AB
Golongan darah AB adalah sel darah meraha mengandung aglutinogen A dan B sedang
dalam plasmanya tidak terdapat aglutinin A dan B. Golongan
darah tersebut dapat diketahui dari aglutinasi atau tidak teraglutinasinya sel
darah ketika ditetesi oleh antisera.
Darah
yang ditetesi Antisera A :
Aglutinasi
Darah
yang ditetesi Antisera B :
Aglutinasi
Darah
yang ditetesi Antisera AB :
Aglutinasi
Alel yang
ada pada golongan darah AB adalah :
IA
IB
Darah
yang ditetesi oleh antisera A, antisera B dan antisera AB mengalami aglutinasi
atau menggumpal. Sehingga orang ini memiliki golongan darah AB.
·
Golongan darah O
Golongan darah O adalah sel darah merah mengandung tidak
memiliki aglutinogen A dan B
sedang dalam plasmanya terdapat aglutinin A dan B. Sehingga golongan darah
tersebut dapat diketahui dari aglutinasi atau tidak teraglutinasinya sel darah
ketika ditetesi oleh antisera.
Darah
yang ditetesi Antisera A :
Tidak Aglutinasi
Darah
yang ditetesi Antisera B :
Tidak Aglutinasi
Darah
yang ditetesi Antisera AB :
Tidak Aglutinasi
Alel yang
ada pada golongan darah O adalah :
IO
IO
Darah yang ditetesi oleh antisera A,
antisera B dan antisera AB tidak mengalami aglutinasi atau menggumpal. Sehingga
orang ini memiliki golongan darah AB.
Aglutinogen (antigen)
adalah protein darah yang terdapat didalam eritrosit dan memiliki fungsi
sebagai antigen didalam darah. Sedangkan agglutinin adalah protein yang
terkandung dalam plasma darah, dimana protein ini dapat menyebabkan aglutinasi.
Aglutinasi adalah proses menempel dan menggumpalnya darah sebagai sebuah bentuk antibodi.
Secara teori golongan
darah AB dapat menerima semua golongan darah tersebut respien universal, dan golongan
darah O dapat memberi kepada semua
golongan darah tersebut donor universal.
b.
Sistem
MN
Hal ini didasarkan pada hasil penemuan antigen baru
oleh K. Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927 pada eritrosit. Antigen ini
oleh Landsteiner dan Levin diberi nama antigen M dan antigen N. Apabila di
dalam eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut
disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain
terdapat antigen N maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah N,
dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka
orang tersebut bergolongan darah MN.
Di dalam
eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alel
ganda, yaitu alel LM yang mengendalikan antigen M dan alel LN yang
mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat
dominansi antara alel LM dan alel LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua
antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.
c.
Sistem
Rh (Rhesus)
Golongan darah manusia digolongkan menjadi 2 yaitu :
1)
Rh+
Orang
bergolongan Rh+ didalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus,
85% dimiliki orang berkulit berwarna.
2)
Rh-
Orangyang
bergolongan Rh- dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen
Rhesus, 85% dimiliki orang berkulit putih.
Nama Rhesus atau Rh ini diperoleh dari monyet
jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya
memiliki golongan darah Rh. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel
darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini
seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang
paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan,
dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena
ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-)
dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini
terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena
faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
Apabila bayi
bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan Rh-.
Dimana daerah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+ maka tubuh bayi akan
kemasukan zat anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning
sejak lahir yang disebut erythroblastosis
foetalis (sel-sel darah merahnya tidak dapat dewasa)
C. Tabel
pewarisan golongan darah kepada anak
IBU
|
AYAH
|
|||
O
|
A
|
B
|
AB
|
|
O
|
O
|
O, A
|
O, B
|
A, B
|
A
|
O, A
|
O, A
|
O, A,
B, AB
|
A, B,
AB
|
B
|
O, B
|
O, A,
B, AB
|
O, B
|
A, B,
AB
|
AB
|
A, B
|
A, B,
AB
|
A, B,
AB
|
A, B,
AB
|
D.
Frekuensi
Penyebaran
golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras.
Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda.
Populasi
|
0
|
A
|
B
|
AB
|
Suku
pribumi Amerika Selatan
|
100%
|
-
|
-
|
-
|
45.0%
|
21.4%
|
29.1%
|
4.5%
|
|
4.4%
|
55.6%
|
–
|
–
|
|
2.8%
|
41.9%
|
11.0%
|
4.2%
|
|
22.0%
|
24.0%
|
38.2%
|
15.7%
|
|
18.2%
|
54.6%
|
4.8%
|
12.4%
|
E.
Transfusi darah
Penggantian
darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen
darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit pada pembuluh
darah orang yang membutuhkan. Dalam
transfusi darah ,jika golongan darah donor dan pasien (resipien) tidak cocok
,sistem kekebalan tubuh penerimaakan menyerang darah donor. Akibatnya,sel darah
merah dari darah yang disumbangkan akan menggumpal (aglutinasi). Gumpalan darah
ini dapat menyumbat pembuluh darah dan menghentikan sirkulasi darah ke bagian
lain tubuh sehingga bisa berakibat fatal bagi pasien. Perhatikan table berikut
ini
Golongan
Darah O- jika di transfusikan kepada orang yang memilki golongan darah A, B,
AB, O baik rhesusnya positif atau negative tidak akan terjadi Aglutinasi maka
disebut sebagai donor universal , tetapi hanya bias mendapat transfuse darah
darah dari golongan darah O lagi. Sedangkan Golongan darah AB merupakan
resipient universal karena tidak akan mngalami aglutinasi ketika mendapat
transfuse dari golongan darah A, B, AB, atau O dengan rhesus negative atau
positif.
a.
Syarat-Syarat Transfusi Darah
Syarat-syarat seseorang yang dapat menjadi pendonor
darah,yaitu:
1.
Umur 17 – 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan
menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun
donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas
pertimbangan dokter )
2.
Berat badan 50 kg atau lebih
3.
Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral
4.
Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
5.
Tekanan darah 120/140/80 – 100 mmHg
6.
Nadi 50-100/menit teratur
7.
Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing
manis, penyakit perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
8.
Tidak hamil,
menyusui, menstruasi (bagi wanita)
9.
Bagi donor tetap,
penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
10.
Kulit lengan donor
sehat.
11.
Tidak menerima
transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
12.
Tidak menderita
penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
13.
Bukan pencandu
alkohol/narkoba
14.
Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
15.
Beritahu Petugas bila
makan aspirin dalam 3 hari terakhir.
16.
Jumlah penyumbangan
pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak
penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini
harus sesuai dengan keadaan umum donor.
b.
Orang Yang Tidak Dapat Menjadi Pendonor.
Seseorang tidak boleh menjadi
donor darah pada keadaan:
1.
Pernah menderita
hepatitis B.
2.
Dalam jangka waktu 6
bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
3.
Dalam jangka waktu 6
bulan sesudah transfusi.
4.
Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
5.
Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
6.
Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
7.
Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
8.
Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio,
influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
9.
Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup
parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
10.
Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir
imunisasi rabies therapeutic.
11. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah
gejala alergi menghilang.
12. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah
transpalantasi kulit.
13. Sedang hamil dan dalam jangka waktu
6 bulan sesudah persalinan.
14. Sedang menyusui.
15. Ketergantungan obat.
16. Alkoholisme akut dan kronik.
17. Sifilis.
18. Menderita tuberkulosa secara klinis.
19. Menderita epilepsi dan sering
kejang.
20. Menderita penyakit kulit pada vena
(pembuluh balik) yang akan ditusuk.
21. Mempunyai kecenderungan perdarahan
atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
22. Seseorang yang termasuk kelompok
masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks,
morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
23.
Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor
darah.
c.
Manfaat Donor Darah
1. Dapat memeriksakan kesehatan secara
berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab Uji Saring .(HIV, Hepatitis B, C,
Sifilis dan Malaria).
2. Mendapatkan piagam penghargaan
sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara lain 10, 25, 50, 75, 100 kali.
3. Donor darah 100 kali mendapat
penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Pemerintah.
4. Merupakan bagian dari ibadah.
d.
Tindakan Pencegahan & Reaksi
Keracunan
Untuk
meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa
tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan
memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas
secara perlahan memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau
lebih untuk setiap unit darah.
Karena
sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada
awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.
Sebagian
besar transfusi adalah aman dan berhasil; tetapi reaksi ringan kadang bisa
terjadi, sedangkan reaksi yang berat dan fatal jarang terjadi.
Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfuse. Gejalanya berupa:
-gatal-gatal
-kemerahan
-pembengkakan
-pusing
-demam
-sakitkepala.
Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfuse. Gejalanya berupa:
-gatal-gatal
-kemerahan
-pembengkakan
-pusing
-demam
-sakitkepala.
Gejala
yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot. Yang
lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.Walaupun dilakukan
penggolongan dan cross-matching secara teliti, tetapi kesalahan masih mungkin
terjadi sehingga sel darah merah yang didonorkan segera dihancurkan setelah
ditransfusikan (reaksi hemolitik0.
Biasanya
reaksi ini dimulai sebagai rasa tidak nyaman atau kecemasan selama atau segera
setelah dilakukannya transfusi. Kadang terjadi kesulitan bernafas, dada terasa
sesak, kemerahan di wajah dan nyeri punggung yang hebat. Meskipun sangat jarang
terjadi, reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan bisa berakibat fatal.
Untuk
memperkuat dugaan terjadinya reaksi hemolitik ini, dilakukan pemeriksaan untuk
melihat apakah terdapat hemoglogin dalam darah dan air kemih penderita.Resipien
bisa mengalami kelebihan cairan. Yang paling peka akan hal ini adalah resipien
penderita penyakit jantung, sehingga transfusi dilakukan lebih lambat dan
dipantau secara ketat.
Penyakit
graft-versus-host merupakan komplikasi yang jarang terjadi, yang terutama
mengenai orang-orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan karena obat atau
penyakit. Pada penyakit ini, jaringan resipien (host) diserang oleh sel darah
putih donor (graft). Gejalanya berupa demam, kemerahan, tekanan darah rendah,
kerusakan jaringan dan syok
e.
Kelainan Pada Golongan
Darah
·
Hemofilia
Hemophilia yaitu sebuah penyakit
yang akan membuat tubuh kita memiliki kadar protein rendah atau kurang padahal
protein ini sangat kita perlukan pada proses pembekuan darah ketika perdarahan
terjadi. Penyakit keturunan yang kita sudah sering dengar ini termasuk penyakit
keturunan dan amat langka, tapi sekalinya terjadi pada seseorang, seseorang
tersebut akan mengalami perdarahan yang lebih lama ketimbang orang yang normal.
·
Von Willebrand
Pendarahan berlebihan bisa terjadi
pada kondisi ini dan penyakit ini diketahui juga sebagai penyakit turunan.
Dalam proses pembekuan darah, mereka yang menderita penyakit ini bakal memiliki
proses lebih lama saat menghentukan pendaraah saat terjadi luka.
·
Sepsis
Sepsis kurang tepat bila dianggap
sama dengan septikemia atau infeksi darah karena pada dasarnya sepsis melakukan
penyerangan bukan hanya terhadap darah, melainkan seluruh organ tubuh kita.
Jenis penyakit kelainan darah ini termasuk mengerikan dan mematikan karena
komplikasi mampu dialami oleh seseorang ketika ada sistem kekebalan tubuh yang
bekerja secara berlebihan sehingga reaksi negatif pun muncul
·
Limpoma
Kondisi ini adalah sebuah kanker
yang timbul pada sistem limfatik di mana kelenjar getah bening dan noda limfa
terhubung di seluruh tubuh manusia. Sebetulnya ada antibodi yang dibentuk di
dalam sistem limfatik oleh sel-sel darah putih demi melawan infeksi, tapi
apabila kanker menyerang sel limfosit B, infeksi dapat terjadi lebih mudah. Ini
dikarenakan sistem daya tahan mengalami penurunan
·
Sindrom Mielodisplasia
Jenis kelainan darah satu ini pasti
juga sudah pernah kita dengar karena masih termasuk sebuah bentuk kanker yang
dampaknya bisa pada sumsum tulang. Jangan sepelekan kondisi ini karena walau
perkembangannya terjadi perlahan, perubahan bisa terjadi secara tiba-tiba yang
kemudian menjadi leukemia serius.
·
Multiple Mieloma
Mieloma atau multiple myeloma adalah sebuah penyakit kanker
darah yang mengancam jiwa karena ini merupakan keadaan di mana sel darah putih
dapat bertransformasi menjadi lebih parah dan ganas. Produksi sel darah putih
bakal lebih banyak berkali-kali lipat bersama dengan unsur yang bisa memicu
kerusakan organ
·
Leukimia
Penyakit leukemia juga disebut
dengan istilah kanker darah di mana kanker ini memang melakukan penyerangan
terhadap sel-sel pembentuk sel darah yang terdapat pada sumsum tulang kita.
Pada penderita leukemia, produksi sel darah putih menjadi sangat berlebih dan
abnormal yang dihasilkan oleh sumsum tulang dan bahkan fungsinya pun tak
lancar. Karena sel darah putih menumpuk, otomatis sel darah merah menjadi
kalah.
·
Trombositopenia
Kondisi ini terjadi karena adanya jumlah platelet yang
menurun di dalam darah dan bahkan kadarnya ada di bawah minimal. Walau
terbilang langka, trombositopenia yang cenderung dialami oleh orang dewasa dan
anak-anak ni bisa menyebabkan pendarahan yang fatal kalau tak segera ditangani
secara benar.
·
ITP (Idiopathic
Thrombocyopenic Purpura
Penyakit ini diketahui sebagai salah satu kondisi kelainan
imun yang kemudian memberikan dampak buruk pada platelet sehingga bisa memicu
pendarahan atau memar yang berlebihan. Cenderung dialami oleh anak-anak dan
orang dewasa, kadar rendah trombosit bisa menyebabkan pendarahan.
·
Anemia
Seperti yang mungkin sudah kita
tahu, anemia merupakan sebuah keadaan di mana seseorang mempunyai sel darah
merah yang jumlahnya rendah. Intinya, seseorang akan mengalami anemia ketika
tubuhnya mengalami kekurangan zat besi
·
Malaria
Parasit
adalah penyebab utama dari malaria dan malaria ini merupakan penyakit yang
cukup serius karena penyebarannya bisa cukup cepat melalui nyamuk yang
menggigit kita. Bila tak mendapat penanganan benar, malaria termasuk mematikan
juga
Daftar
Pustaka
0 komentar:
Post a Comment