Friday, October 26, 2018

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN GERAK TAKSIS PADA CACING


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Diperkirakan sekitar 1.800 spesies cacing tanah tersebar di seluruh dunia. Cacing Tanah (Lumbricucus terestris) yang terdapat di Indonesia antara lain termasuk ke dalam familia Enchytracidae, Moniligastridae, Octochaetidae, Glossoscolidiciae, megascolecidae, danumbricidae sementara geera yang penuh ditemukan antara lain: Enchytraeus, Frideria, Drawida, Dichogaster, Pontoscolex, Pheretima, Megascolex, dll.
Dari sekian banyak genera tersebut, Pheretima dan Pontoscolex merupakan genus yang paling umum ditemukan di Indonesia. Cacing ini berasal dari asia Tenggara dan menyebar ke daerah tropis lain, subtropics bahkan sampai ke daerah temperate mempunyai peran penting dalam proses dekomposisi materi organic, dan bersama-sama dengan hewan tanah lainnya ikut berperan dalam siklus biogeokimia.
Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu peka terhadap rangsang, respon  makhluk hidup terhadap lingkungannya. Mampu merespon berbagai impuls atau stimulus-stimulus yang ada disekitar lingkungannya. Lingkungan memberikan segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup dan saling berinteraksi. Lingkungan sangat  berperan penting bagi semua makhluk hidup. Lingkungan meliputi lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Lingkungan abiotik itu sendiri terdiri dari suhu, cahaya matahari, kelembapan, dan benda-benda mati lainnya yang tidak digunakan sebagai sumber daya seperti batu, tanah sebagai tempat tinggal sedangkan lingkungan biotik yaitu manusia, hewan dan tumbuhan (Pratiwi, 2007).
Hewan adalah organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Gerakannya disebabkan oleh rangsang-rangsang tertentu yang datang dari lingkungannya.Jenis-jenis hewan pada umumnya dapat tinggal di suatu lingkungan hidup yang sesuai dengan ciri-ciri kehidupannya. Jika hewan berjalan atau berpindah ke tempat lain tidak mengalami perubahan bentuk, kecuali perubahan sifat-sifat fisiologisnya. Faktor-faktor yang merangsang gerakan hewan adalah makanan, air, cahaya, suhu, kelembaban, dan lain-lain. Beberapa hewan mampu menempuh jarak tempuh itu dipengaruhi batas toleransinya untuk merespon  perubahan lingkungannya (Melles, 2004).
Gerak pada makhluk hidup dapat dipengaruhi karena adanya rangsang dari luar atau rangsang dari dalam. Salah satu contoh gerak pada hewan yang dipengaruhi oleh rangsang dari luar dalam arti berasal dari stimulus-stimulus makhluk hidup yang ada di lingkungannya yaitu taksis. Taksis dapat dijumpai pada hewan-hewan invertebrata. Pada hewan-hewan ivertebrata memiliki suatu reseptor yang peka terhadap rangsang disekitarnya. Adapun  rangsangan atau stimulus-stimulus yang diterima hewan invertebrata baik itu dalam satu familii atau ordo bahkan gerak yang diperlihatkan berbeda untuk setiap hewan  karena ini dapat dipengaruhi lagi dari faktor lingkungan dimana hewan tersebut berada fakktor lingkungan abiotik dapat mempengaruhi seperti suhu, kelembapan dan  cahaya matahari (Melles, 2004).
Beberapa hewan dapat berpindah dengan menempuh jarak berberapa meter dari tempatnya semula, dan ada juga hewan yang  tidak mampu melakukan itu karena ada yang mempengaruhi yaitu batas toleransi untuk merespon suatu perubahan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon yang diperlihatkan cacing tanah (Lumbricus terestis) terhadap stimuls yang diberikan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gerak taksis pada cacing tanah berdasarkan jenis stimulus yang diberikan ?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih focus/ sempurna dan mendalam maka penulis memandang permasalahn penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan gerak taksis pada cacing tanah yang diberikan stimulus berupa rangsangan ekstrak hati ayam. Cahaya dan humus. Serta ada juga tanpa pemberian stimulus yaitu sebagian control yang berfungsi untu membandingkan antara yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan.
D. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai penulis dalam sebuah penelitian. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gerak taksis pada cacing berdasarkan jenis stimulus yang diberikan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini diharap memberikan manfaat yaitu dapat menambah wawasan mengenai teori-teori gerak taksis pada cacing tanah berdasrkan jenis stimulus yang diberikan termasuk gerak taksis positif atau gerak taksis negative.
F.     Hipotesis
Ho  : Tidak terdapat perbedaan gerak taksis yang dilakukan oleh cacing tanah (Lumbricus terestris)  antara yang diberikan perlakuan secara berbeda/ antara yang diberikan stimulus dengan yang tidak diberikan stimulus.
Hi : Terdapat perbedaan gerak taksis yang dilakukan oleh cacing tanah (Lumbricus terestris)  antara yang diberikan perlakuan secara berbeda/ antara yang diberikan stimulus dengan yang tidak diberikan stimulus. 

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

a.       Cacing Tanah
Klasifikasi cacing tanah
Kingdom   : Animalia
Filum         : Annelida
Class          : Oligochaeta
Ordo          : Terricolae
Famili        : Lumbricidae
Genus        : Lumbricus
Spesies      : Lumbricus terestris
Jenis-jenis Cacing Tanah
Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok warna merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red woorm), L. terestris (the night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Dendroboena, Perethima dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora .Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme saprofit,  bukanparasit dan tidak butuh inang. Ia murni organisme penghancur sampah. Jenis cacing yang umum dikembangkan di Indonesia adalah L. rubellus. Cacing ini berasal dari Eropa, ditemukan di dataran tingi Lembang – Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada tahun 1982. Dilihat dari morfologinya, cacing tersebut panjangnya antara 80 – 140 mm. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah antara 85 – 140. Segmentasi tersebut tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat jelas di bagian tubuhnya adalah klitelum, terletak antara segmen 26/27 – 32. Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat merah sampai keunguan. Sedangkan warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior) terdapat anus.
b.      Morgologi cacing tanah
Morfologi  Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)
Cacing tanah (Lumbricus terrestris) merupakan Ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Bagian luar tubuh terdiri atas segmen-segmen yang jumlah dan lebarnya berbeda menurut spesies, sedangkan cacing tanah memiliki segmen berjumlah 15 – 150 buah.
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang, silindris dan pada ±2/3 bagian posteriornya memipih secara dorsoventral, Tubuh bersegmen-segmen. Secara morfologis, hewan ini berwarna merah sampai biru kehijauan pada sisi dorsal. Pada sisi ventral berwarna lebih pucat, umumnya merah jambu atau atau kadang-kadang putih. Mulut terletak pada bagian ujung anterior. Pada segmen 32 sampai 37 terdapat penebalan kulit yang dikenal sebagai klitelium. Clitellum adalah batas bagian depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu pergerakan cacing dalam tanah.
      Pada setiap segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali pada  segmen pertama dan terakhir. Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat lubang-lubang muara yang keluar dari berbagai organ tubuh, yakni mulut, anus, lubang dari duktus spermatikus, lubang muara dari oviduk, lubang muara dari reseptakulum seminis, pori dorsales, dan sepasang nefridiofor pada tiap segmen
c.       Ekologi cacing tanag
Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana cacing tanah itu berada. Lingkungan yang disebut disini adalah totalitas kondisi-kondisi fisik, kimia, botik dan makanan yang secara bersama-sama dapat mempengaruhi populasi cacing tanah (Satchell, 1967 dalam John, 2007). Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap populasi cacing tanah adalah: kelembaban, suhu, pH tanah, serta vegetasi yang terdapat disana sebagai berikut:
a.       Kelembaban
Kelembaban sangat berpengaruh terhadap aktifitas pergerakan cacing tanah karena sebagian tubuhnya terdiri atas air berkisar 75-90 % dari berat tubuhnya. Itulah sebabnya usaha pencegahan kehilangan air merupakan masalah bagi cacing tanah. Meskipun demikian cacing tanah masih mampu hidup dalam kondisi kelembaban yang kurang menguntungkan dengan cara berpindah ketempat yang lebih sesuai atau pun diam. Lumbricusterretris misalnya, dapat hidup walaupun kehilangan 70 % dari air tubuhnya. Kekeringan yang lama dan berkelanjutan dapat menurunkan jumlah cacing tanah. Cacing tanah menyukai kelembaban sekitar 12,5-17,2. Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%- 50%, namun kelembaban optimumnya adalah antara 42%-60%. Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati.
b.      Suhu
Kehidupan hewan tanah juga ikut ditentukan oleh suhu tanah. Suhu yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan hewan tanah. Disamping itu suhu tanah pada umumnya juga mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolisme hewan tanah. Tiap spesies hewan tanah memiliki kisaran suhu optimum .
Bahwa aktivitas, metabolisme, respirasi serta reproduksi cacing tanah dipengaruhi oleh temperatur tanah. Temperatur yang optimum di daerah sedang untuk produksi cacing tanah adalah 16 oC, sedangkan temperatur yang optimal untuk untuk pertumbuhan cacing tanah adalah 10-20 oC. Di daerah tropika, temperatur tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon berkisar antara 15-25 oC. Temperatur tanah di atas 25oC masih cocok untuk cacing tanah tetapi harus diimbangi dengan kelembaban yang memadai.
Kesuburan cacing tanah di suatu habitat sangat dipengaruhi oleh perbesaran suhu, contohnya jumlah kokon yang dihasilkan oleh Allolobophora caliginosa dan beberapa spesies Lumbricus jumlahnya bertambah 4 kali lipat ada kisaran suhu 6-16 oC. Kokon dari Allolobophora chlorotica menetas dalam waktu 36 hari pada suhu 29 oC, 49 hari pada suhu 15 0C dan 112 hari pada suhu 10 oC bila tersedia air yang cukup. Suhu yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan cacing tanah. Suhu tanah pada umumnya dapa mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolisme. Tiap spesies cacing tanah memiliki kisaran suhu optimum tertentu, contohnya L. Rubellus kisaran suhu optimumnya 15- 18 oC, L. Terrestris kurang lebih 10 oC, sedangkan kondisi yang sesuai untuk aktivitas cacing tanah dipermukaan tanah pada waktu malam hari ketika suhu tidak melebihi 10,5 oC
c.       pH
Tingkat keasaman tanah (pH) menentukan besarnya populasi cacing tanah. Cacing tanah dapat berkembang dengan baik dengan pH netral, atau agak sedikit basah, pH yang ideal adalah antara 6-7,2. Pada tanah-tanah hutan yang asam, keberadaan cacing tanah digantikan oleh Enchytraeid yaitu cacing  berukuran kecil yang hanya berfungsi sebagai penghancur seresah. Enchytraid adalah oligochaeta yang paling kecil berkisar antara 1 mm sampai beberapa sentimeter saja.
Tanah yang pH-nya asam dapat mengganggu pertumbuhan dan daya berkembang biak cacing tanah, karena ketersediaan bahan organik dan unsur hara (pakan) cacing tanah relatif terbatas. Di samping itu,  tanah dengan pH asam kurang mendukung percepatan proses pembusukan (farmentasi) bahan-bahan organik. Oleh karena itu, tanah pertanian yang mendapatkan perlakuan pengapuran sering banyak dihuni cacing tanah. Pengapuran berfungsi menaikkan (meningkatkan) pH tanah  sampai  mendekati pH netral.
d.      Bahan Organik
Distribusi bahan organik dalam tanah berpengaruh terhadap cacing tanah, karena terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah miskin bahan organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai. Namun apabila cacing tanah sedikit, sedangkan bahan organik segar banyak, pelapukkannya akan terhambat .
Kualitas bahan organik (nisbah C/N, konsentrasi lignin dan polifenol) mempengaruhi tinggi rendahnya populasi cacing tanah. Bahan organik yang memiliki kandungan N dan P tinggi meningkatkan populasi cacing tanah. Bila bahan organik mengandung polifenol terlalu tinggi, maka cacing tanah harus menunggu agak lama untuk menyerangnya
Bahan organik tanah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang terdapat di tanah sangat diperlukan untuk melanjutkan kehidupannya. Sumber utama materi organik tanah adalah serasah tumbuhan dan tubuh hewan yang telah mati. Pada umumnya bahan organik ini banyak jumlahnya pada tanah yang kelembabannya tinggi dibandingkan dengan yang rendah. Bahan organik juga mempengaruhi sifat fisik- kimia tanah dan bahan organik itu merupakan sumber pakan untuk menghasilkan energi dan senyawa pembentukan tubuh cacing tanah.
e.       Vegetasi
Jumlah dan distribusi serasah mempengaruhi kepadatan populasi cacing tanah. Cacing tanah dapat menghancurkan sejumlah besar serasah tahunan di lantai hutan. Jika tempat tersebut populasi cacing tanah tinggi menunjukkan jenis serasah tersebut sangat disukai oleh cacing tanah.
Tanah dengan vegetasi dasarnya rapat, cacing tanah akan banyak ditemukan, karena fisik tanah lebih baik dan sumber makanan yang banyak dijumpahi berupa seresah. faktor makanan, baik jenis maupun kuantitas vegetasi yang tersedia di suatu habitat sangat menentukan keanekaragaman spesies dan kerapatan populasi cacing tanah di habitat tersebut. Pada umumnyacacing tanah lebih menyenangi yang berbentuk jarum. Selanjutnya dijelaskan bahwa cacing tanah lebih menyenangi daun yang tidak mengandung tanin.
Cacing tanah termasuk salah saatu hewan yang hidup di dalam/ permukaan tanah. Kelompok mesofauna ini dikenal terdistribusi secara luas, asalkan tempat tersebut cukup lembab dan iklimnya tidak terlalu dingin. Populasi cacing tanah dipengaruhi oleh berbagai factor lingkungan, diantaranya sifat fisikomia dan jenis vegetasi yang ada di prermukaan tanah. Dua hal inilah yang umumnya sangat menentukan pola sebaran cacing.
Cacing diketahui sebagai hewan yang sangat sensitive  terhadap stimulus mekanik seperti halnya stimulus kimiawi. Stimulus tersebut ditangkap oleh elemen penerima rangsang yang terdiri dari kelompok sel-sel sensoris/reseptor yang terdapat dipermukaan tubuhnya
Cacing tanah ini memiliki lapisan otot di bawah kulit yang cukup tebal yang diperlukannya untuk bergerak pindah. Pemanjangan dan kontraksi  tubuhnya selama bergerak dihasilkan oleh dua lapisan otot pada dnding tubuhnya tersebut.
Hewan sebagai komponen biotic dari ekosistem mempunyai karakteristik yang khas. Struktur tubuh yang sangat lentur khususnya pada hewan invertebrate memungkinkan hewan ini memiliki kemampuan mobilitas yang cukup tinggi. Dengan daya mobilitas yang tinggi, hewan tersebut dapat bergerak bebas sesuai dengan kemampuan dan nalurinya, apakah untuk mencari makan, menghindari dari predator, menjauhi keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan, mencari pasangan untuk kawin dan lain sebagainya.
Taksis dapat diartikan sebagai pergerakan suatu organism sebagai respon terhadap adanya stimulus eksternal yang mengenainya secara langsung. Pergerakan organism ini dapat berlangsung ke arah stimulus (respon positif); berupa respon menjauhi arah stimulus (respon negative) maupun bergerak kea rah tertentu dengan sudut tertentu dari stimulus mengemukakan bahwa taksis merupakan arah dari orientasi-orientasi dan gerakan-gerakan (positif dan negative) sesuai dengan rangsangan-rangsangan alam. Kikkawa (1971) menyebutkan bahwa perubahan orientasi tubuh suatu organism sebagai reaksi terhadap stimulus dan mempeertahankan posisinya sebelum melakukan pergerakan disebut respon taksis.
Dengan demikian bias dikatakan bahwa perilaaku taksis selalu di dahului oleh suatu bentuk respon taksis dan dilanjutkan dengan suatu pergerakan menuju atau menjauhi atau ke arah tertentu dari stimulus yang diterima oleh suatu organisme.
Berdasarkan jenis dari stimulus yang diterima oleh suatu organism daapat dibedakan menjadi:
a.       Fototaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa cahaya.
b.      Kemotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh stimulus berupa zat kimia.
c.       Aerotakssis adalaah jenis taksis yang disebabkan oleh aadanya stimulus berupa kadar O2 di udara.
d.      Geotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa gaya gravitasi bumi.
e.       Rhoeotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa daya tahan
f.       Thermotaaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa panas.
g.      Tigmotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa sentuhan.
h.      Galvanotaksis adalah Hewan sebagai komponen biotic dari ekosistem mempunyai karakteristik yang khas. Struktur tubuh yang sangat lentur khususnya pada hewan invertebrate memungkinkan hewan ini memiliki kemampuan mobilitas yang cukup tinggi. Dengan daya mobilitas yang tinggi, hewan tersebut dapat bergerak bebas sesuai dengan kemampuan dan nalurinya, apakah untuk mencari makan, menghindari dari predator, menjauhi keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan, mencari pasangan untuk kawin dan lain sebagainya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah seluruh cacing tanah (Lumbricus terestis) yang diambil di alam.
2.      Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 cacing tanah (Lumbricus terestis)
B.     Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian untuk mengetahui gerak taksis pada cacing tanah berdasarkan jenis stimulus yang diberikan dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 24 Maret yang bertempat di Labolatorium Biologi Fakultas Ilmu Terpan dan Sains, Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut.
C.     Alat dan Bahan
a.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi
1.
Gelas kimia 1000 ml


Untuk dijadikan tempat pemberian perlakuan
2.
Gelas kimia 50 ml

Untuk menyimpan ekstrak hati ayam
3.
Gelas ukur 50 ml
 

Untuk mengukur akuades
4.
Gunting
Untuk memotong kertas karton
5.
Corong

Untuk memasukan ekstrak hati ayam kedalam gelas kimia
6.
Kertas karton hitam

Untuk membungkus gelas kimia 1000 ml dan pertidisc
7.
Alumunium foil


Untuk membungkus kertas karton
8.
Kertas saring

Untuk menyaring ekstrak hati ayam
9.
Lumpang dan alu

Untuk menghancurkan hati ayam
10.
Pertidisc besar

Description: C:\Users\Lenovo\Pictures\Szalka_petriego.jpg

Untuk menutup gelas kimia
11.

Selotip
Description: D:\SEMESTER 6 UTS\EKOLOGI HEWAN\PRAKTIKUM\PRAKTIKUM 1 (GERAK TAKSIS )\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0024.jpg
Untuk menempelkan kertas karton kedalam gelas kimia 1000 ml dan pertidisc
12.
Penggaris
Description: C:\Users\Lenovo\Pictures\https_s4.bukalapak.com_img_995637125_large_Penggaris_Butterfly_30cm.jpg
Untuk mengukur kertas karton
13.
Kertas label
Description: D:\SEMESTER 6 UTS\EKOLOGI HEWAN\PRAKTIKUM\PRAKTIKUM 1 (GERAK TAKSIS )\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0021.jpg

14.
ATK
Description: C:\Users\Lenovo\Pictures\2011-07-03 10.17.42.jpg
Untuk menulis data hasil pengamatan
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No.
Nama Bahan
Gambar
Fungsi
1.
Tanah dari kedalaman kurang lebih 30-50 cm (berwarna kuning kecoklatan) sebanyak 50 kg
Description: D:\SEMESTER 6 UTS\EKOLOGI HEWAN\PRAKTIKUM\PRAKTIKUM 1 (GERAK TAKSIS )\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0012.jpg
Sebagai tempat cacing tanah untuk hidup
2.
Ekstrak tanah humus (warna hitam) 1 kg sebanyak 50 ml


Description: C:\Users\Lenovo\Pictures\tnh humus.jpg
Sebagai tempat cacing tanah untuk hidup
3.
Ekstrak hati ayam segar 2 buah sebanyak 50 ml


Description: D:\SEMESTER 6 UTS\EKOLOGI HEWAN\PRAKTIKUM\PRAKTIKUM 1 (GERAK TAKSIS )\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0017.jpg
Sebagai makanan cacing tanah




4.
Cacing tanah sebanyak 65 ekor

Description: D:\SEMESTER 6 UTS\EKOLOGI HEWAN\PRAKTIKUM\PRAKTIKUM 1 (GERAK TAKSIS )\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0001.jpg
Sebagai organisme yang di uji
5.
Aquades sebanyak 50 ml


Description: C:\Users\Lenovo\Pictures\Botol_CUCI___Bisa_buat_semprot___Botol_Aquades___500ml.jpg
Untuk membasahi tanah pada perlakuan ekstrak hati ayam



D.    Metode Penelitian
1.      Gelas kimia Kontrol














2.      Gelas Kimia Perlakuan



BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Perlakuan
Ke-
1
Ke
2
Ke
3
Kel
4
Kel
5
Kel
6
Kel
7
Kel
8
Kel
9
Ke
10
Rata rata
kontrol
Atas
6
5
Tengah
2
3
Bawah
2
2
Ekstrak hati ayam
+
1
9
3
2
3
6
4
2
3
2
3.5
4
-
9
1
7
8
7
4
6
8
7
8
6.5
7
Humus
+
5
5
4
4
2
9
9
6
9
6
5.9
6
-
5
5
6
6
8
1
1
4
1
4
4.1
5
Cahaya
+
0
3
1
3
7
4
2
6
4
1
3.7
4
-
10
7
9
7
3
6
8
4
6
9
6.9
7
Keterangan :  - = Diberi perlakuan
           += Tidak diberi perlakuan
Rata-Rata: Baris pertama= Nilai awal
                                          Baris kedua  = Nilai yang dibulatkan
B.     Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai kegiatan pengamatan Gerak Taksis pada Cacing Tanah. Adapun pada pengamatan ini terdiri atas beberapa perlakuan yaitu:
1.      Perlakuan Kontrol
2.      Perlakuan Ekstrak Hati Ayam
3.      Perlakuan Humus
4.      Perlakuan Cahaya
Berdasarkan keempat perlakuan yang telah dilakukan pada percobaan dengan menggunakan cacing tanah untuk diamati gerak taksisnya apakah gerak taksis positif dan gerak taksis negatif. Adapun gerak taksis itu sendiri adalah gerakan suatu organisme sebagai respon terhadap adanya stimulus eksternal yang mengenainya secara langsung. Gerak taksis dibagi menjadi dua yaitu gerak taksis positif dan gerak taksis negatif. Gerak taksis positif adalah gerakan yang mendekati rangsangan sedangkan gerak taksis negative adalah gerakan yang menjauhi rangsangan.
Skema:
Gerak Taksis Positif







Rounded Rectangle: Cacing Tanah


Rounded Rectangle: Stimulus
(Rangsangan)


Right Arrow: Mendekati


 



      Gerak Taksis Negatif


 




1.      Rounded Rectangle: Lapisan Atas Pada Perlakuan Kontrol


 





Pada perlakuan control  tanpa memberikan perlakuan apapun diperoleh hasil yaitu Untuk kelas A pada lapisan atas terdiri dari 6 cacing tanah, pada lapisan tengah terdiri dari 2 cacing tanah dan pada lapisan bawah terdiri dari 2 cacing tanah. Sedangkan untuk kelas B pada lapisan atas terdiri atas 5 ekor cacing tanah, lapisan tengah terdiri atas 3 ekor cacing tanah, dan lapisan bawah terdiri dari 2 ekor cacing tanah. Dari kedua perlakuan control tersebut didapatkan bahwa cacing tanah baik pada perlakuan control kelas A maupun kelas B sama hasilnya yaitu cacing tanah lebih banyak di permukaan sedangkan yang paling sedikit terdapat di lapisan bawah.
2.      Rounded Rectangle: Rangsangan (Stimulus) Ekstrak Hati AyamRounded Rectangle: Cacing Tanah Pada Perlakuan Ekstrak Hati Ayam




·         Untuk kelompok 1 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 1 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 9 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 2 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 9 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 1 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 3 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 3 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 7 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 4 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 2 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 8 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 5 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 3 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 7 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 6 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 6 ekor cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan  4 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 7 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 4 ekor cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 6 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 8 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan  2 ekor cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 8 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 9 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 3 ekor cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 7 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 10 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 2 ekor cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan ekstrak hati ayam didapatkan 8 ekor cacing tanah. 
3.      Rounded Rectangle: Cacing Tanah Pada Perlakuan Humus
Rounded Rectangle: Rangsangan (Stimulus) berupa humus  




·         Untuk kelompok 1 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 5 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 5 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 2 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 5 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 5 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 3 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 4 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 6 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 4 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 4 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 6 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 5 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 2 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 8 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 6 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 9 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 1 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 7 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 9 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 1 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 8 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 6 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 4 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 9 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 9 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 1 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 10 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 6 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa humus didapatkan 4 ekor cacing tanah
4.      Rounded Rectangle: Cacing Tanah Pada Perlakuan Cahaya


Rounded Rectangle: Rangsangan (Stimulus) berupa cahaya
 



·         Untuk kelompok 1 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 0 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 10 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 2 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 3 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 7 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 3 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 1 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 9 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 4 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 3 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 7 ekor cacing tanah
·         Untuk kelompok 5 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 7 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 3 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 6 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 4 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 6 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 7 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan  2 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 8 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 8 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 6 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 4 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 9 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan  4 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 6 ekor cacing tanah.
·         Untuk kelompok 10 pada perlakuan dengan pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 1 ekor  cacing tanah sedangkan tanpa pemberian rangsangan berupa cahaya didapatkan 9 ekor cacing tanah.
Perlakuan yang pertama merupakan perlakuan control sebagai pembanding dari perlakuan yang lainnya. Pada perlakuan ini tidak ada cacing yang berpindah tempat. Hal ini terjadi karena tidak adanya stimulus yang merangsang cacing untuk berpindah tempat.
Pada perlakuan kedua  berupa rangsangan (stimulus) berupa ekstrak hati ayam yaitu cacing tanah yang  diberi ekstrak hati ayam menunjukan bahwa cacing tanah yang bergerak ke arah rangsangan tersebut yang banyak hanya terdapat pada kelompok 2 dan 6 sedangkan kelompok lain yang terdiri atas kelompok 1,3,4,5,7,8,9, dan 10 lebih banyak cacing tanahnya terdapat di tanah yang tanpa pemberian rangsangan (stimulus) ekstrak hati ayam adapun penambahannya hanya pemberian aquades saja untuk menyeimbangkan kandungan air di dalam tanah. Padahal seharusnya cacing tanah tersebut harus bergerak kearah rangsangan ekstrak hati ayam,  hal ini terjadi karena di dalam ekstrak hati ayam kaya sekali akan nutrisi yang merupakan sumber makanan bagi cacing tanah sehingga cacing tanah akan cenderung untuk mendekati makanan. Jadi dari hasil pengamatan semua kelompok didapatkan perbanding untuk kelompok 2 dan 6 lebih banyak terjadi taksis positif artinya cacing tanah mendekati rangsangan (stimulus) berupa ekstrak hati ayam, sedangkan untuk kelompok 1,3,4 dan 5 lebih banyak terjadi taksis negatif artinya cacing tanah menjauhi rangsangan (stimulus) berupa ekstrak hati ayam. Rata-Rata cacing tanah  yang didapatkan dari perlakuan stimulus berupa ekstrak hati ayam adalah sebanyak 4 ekor cacing tanah  sedangkan rata-rata cacing tanah yang didapatkan dari  yang tidak diberikan perlakuan stimulus adalah sebanyak 7 cacing. Jadi Cacing Tanah yang lebih banyak terdapat pada yang tidak diberikan perlakuan stimulus. Berarti rata-rata terjadi taksis negatif artinya cacing menjauhi rangsangan.
Pada perlakuan ketiga berupa rangsangan (stimulus) berupa humus  yaitu cacing tanah yang diberi humus menunjukkan bahwa cacing tanah yang bergerak ke arah rangsangan (stimulus) dan tanpa rangsangan (stimulus) terdapat yang seimbang yaitu pada kelompok 2,6,7,8,9,dan 10 sedangkan kelompok yang lain yang terdiri atas kelompok 1,3, 4, dan 5 lebih banyak cacing tanahnya terdapat di tanah yang tanpa pemberian rangsangan (stimulus) berupa humus. Dengan adanya stimulus ekstrak humus seharusnya cacing akan berpindah ke tempat yang kaya n akan humus sebagai habitat yang sangat cocok untuk cacing namun hal ini tidak sesuai dengan apa yang ada di teori. Ini disebabkan karena kesalahan dalam menjalankan prosedur. Artinya pada kelompok 2 seimbang ada yang terjadi gerak taksis positif dan ada yang terjadi gerak taksis negatif. Rata-Rata cacing tanah  yang didapatkan dari perlakuan stimulus berupa humus  adalah sebanyak 6 ekor cacing tanah  sedangkan rata-rata cacing tanah yang didapatkan dari  yang tidak diberikan perlakuan stimulus adalah sebanyak 5 cacing. Jadi Cacing Tanah yang lebih banyak terdapat pada yang diberikan perlakuan stimulus berupa humus. Berarti rata-rata terjadi taksis positif artinya cacing \mendekati rangsangan.
Pada perlakuan keempat berupa rangsangan (stimulus) berupa cahaya yaitu cacing tanah yang diberi perlakuan rangsangan (stimulus) cahaya menunjukkan bahwa cacing tanah yang lebih banyak terdapat pada perlakuan tanah tanpa cahaya. Cacing tanah tidak suka cahaya karena cacing tanah memiliki kulit yang sangat sensitif terhadap cahaya matahari langsung karena itu cacing tanah selalu mencari tempat yang gelap. Jika terkena cahaya langsung maka akan menyebabkan kulitnya kering. Jika kulit Cacing Tanah mengering, ia akan mati lemas. Cacing Tanah bersifat Fototaksis negatif artinya cacing tanah selalu menghindar kalau ada cahaya, bersembunyi di dalam tanah. Respon yang terjadi pada cacing tanah setelah diberi rangsangan cahaya yaitu negatif. Karena masing-masing cacing tanah bergerak menjauhi cahaya dan menuju ke zona gelap. Orientasi negatif cacing tanah menunjukkan bahwa cacing tanah yang terkena cahaya menerima energi panas secara langsung. Hal ini akan menyebabkan cacing tanah bergerak menjauhi cahaya, dalam hal ini cacing tanah menyukai tempat yang lembab dan terlindung dari cahaya. Rata-Rata cacing tanah  yang didapatkan dari perlakuan stimulus berupa humus  adalah sebanyak 4 ekor cacing tanah  sedangkan rata-rata cacing tanah yang didapatkan dari  yang tidak diberikan perlakuan stimulus adalah sebanyak 7 cacing. Jadi Cacing Tanah yang lebih banyak terdapat pada yang tidak diberikan perlakuan stimulus berupa humus. Berarti rata-rata terjadi taksis negatif artinya cacing menjauhi rangsangan.



BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan empat perlakuan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan gerak taksis yang dilakukan oleh cacing tanah (Lumbricus terestris)  antara yang diberikan perlakuan secara berbeda/ antara yang diberikan stimulus dengan yang tidak diberikan stimulus.Adapun hasilnya sebagai berikut:
1.      Perlakuan pertama kontrol cacing yang paling banyak terdapat di bagian lapisan atas (lapisan permukaan) tanah baik yang control pertama maupun control kedua.
2.      Pada perlakuan berupa stimulus ekstrak hati ayam cacing tanah lebih banyak pada yang tidak di beri perlkuan stimulus berupa ekstrak hati ayam. Hal ini berarti terjadi grakan taksis negatif, artinya cacing tanah menjauhi rangsangan.
3.      Pada perlakuan ke dua cacing tanah lebih banyak pada yang diberi perlakuan stimulus berupa stimulus. Hal ini berarti terjadi grakan taksis positif, artinya cacing tanah mendekati rangsangan.
4.      Pada perlakuan ke tiga cacing tanah lebih banyak pada yang tidak diberi perlakuan stimulus cahaya. Hal ini berarti terjadi gerakan taksis negatif, artinya cacing tanah menjauhi rangsangan (stimulus)

B.     Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan pada setiap objek percobaan dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan memahami materi tentang objek yang akan dipraktikumkan sebelumnya. Serta untuk praktikum selanjutnya lebih diperbanyak jenis stimulus yang diberikan yaitu diantaranya stimulus berupa listrik, suhu, feromon,dan lain-lain.





















DAFTAR PUSTAKA

Amelia. 2018. Gerak Taksis Pada Cacing Tanah. Alamat Website: https://www.scribd.com/doc/296781002/Gerakan-Taksis-Pada-Cacing-Tanah. Tanggal Akses : 30 Marae 2018
Amelia Putri. 2018. Gerak Taksis Pada Cacing Tanah. Alamat Website: https://www.scribd.com/document/362074285/Gerak-Taksis-Pada-Cacing-Tanah. Tanggal Akses : 30 Marae 2018
Iska widia. 2018. Taksis. Alamat Website: https://www.scribd.com/doc/57193601/TAKSIS. Tanggal Akses : 30 Maret 2018










LAMPIRAN
LAMPIRAN
Description: G:\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0022.jpg
Description: G:\DOKUMENTASI\20180323_204705.jpg
Menumbuk hati ayam
Hati ayam yang sudah halus ditambah aquades
Description: G:\DOKUMENTASI\20180323_205026.jpg
Description: G:\DOKUMENTASI\20180323_205753.jpg
Menyaring larutan hati ayam
Membungkus sekat agar lebih tegak
Description: C:\Users\AI NUR RELA\Documents\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0008.jpg
Description: G:\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0004.jpg
Mencampur tanah miskin dengan tanah humus
Gelas kimia dengan perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+cahaya
Description: C:\Users\AI NUR RELA\Documents\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0011.jpg
Description: G:\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0005.jpg
Penampakan atas perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+cahaya
Gelas kimia dengan perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+ekstrak hati ayam
Description: C:\Users\AI NUR RELA\Documents\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0003.jpg
Description: G:\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0007.jpg
Penampakan atas perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+ekstrak hati ayam
Gelas kimia dengan perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+tanah humus

Description: C:\Users\AI NUR RELA\Documents\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0010.jpg
Description: G:\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0006.jpg
Penampakan atas perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+tanah humus
Cacing yang sudah dimasukan ke dalam gelas kimia yang sudah diberi perlakuan
Description: G:\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0002.jpg
Description: C:\Users\AI NUR RELA\Documents\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0018.jpg
Perhitungan cacing di setiap perlakuan setelah didiamkan setelah 2 jam
Cacing setelah dikeluarkan dari perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+ekstrak hati ayam


Description: C:\Users\AI NUR RELA\Documents\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0013.jpg
Description: C:\Users\AI NUR RELA\Documents\DOKUMENTASI\IMG-20180324-WA0025.jpg
Cacing setelah dikeluarkan dari perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+cahaya
Cacing setelah dikeluarkan dari perlakuan tanah miskin dan tanah miskin+tanah humus


0 komentar:

Post a Comment

Baca Postingan Lainnya

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM SARAF REFLEKSI NORMAL DAN SPINAL PADA KATAK

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsby...